Hari Raya Galungan dan Kuningan

PLN UP3 Bali Utara Minta Maaf Atas Imbauan Pemasangan Penjor, MDA: Bentuk Perhatian Pada Keselamatan

Manager PLN UP3 Bali Utara meminta maaf, menegaskan bahwa imbauan tentang jarak penjor semata-mata ditujukan untuk menjaga keamanan

istimewa
PLN UP3 Bali Utara bersama Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Buleleng. PLN UP3 Bali Utara Minta Maaf Atas Imbauan Pemasangan Penjor, MDA: Bentuk Perhatian Pada Keselamatan 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Menjelang perayaan Hari Suci Galungan dan Kuningan, Manager PLN UP3 Bali Utara, Elasinta, menyampaikan klarifikasi terkait imbauan yang sebelumnya disampaikan kepada masyarakat Bali mengenai jarak aman pemasangan penjor dari jaringan listrik.

Dalam penjelasannya, Elasinta menegaskan bahwa imbauan tersebut semata-mata ditujukan untuk menjaga keamanan, kenyamanan, dan keselamatan bersama, agar masyarakat dapat beribadah dengan khusyuk tanpa risiko bahaya seperti tersengat listrik.

“Imbauan ini kami sampaikan karena saat ini telah memasuki musim penghujan. Bambu penjor yang basah dapat menghantarkan arus listrik apabila terlalu dekat dengan jaringan. Kondisi tersebut tentu berpotensi menimbulkan bahaya, sehingga penting bagi kita semua untuk saling mengingatkan demi keselamatan masyarakat,” jelasnya.

Elasinta juga menegaskan bahwa tidak ada sedikit pun niat untuk menyinggung adat dan budaya Bali dalam penyampaian imbauan tersebut.

Baca juga: Antisipasi Gangguan Listrik Saat Galungan, PLN Bangli Bali Imbau Masyarakat Perhatikan Jarak Penjor

“Dengan penuh kerendahan hati, saya menyampaikan permohonan maaf apabila penyampaian tersebut menimbulkan kesalahpahaman atau menyinggung perasaan masyarakat Bali. Semata-mata, niat kami adalah memastikan seluruh umat dapat merayakan hari suci ini dengan aman dan damai,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Buleleng, Dewa Putu Budarsa, dalam pernyataan videonya menyampaikan dukungan atas pentingnya memperhatikan aspek keselamatan dalam pemasangan penjor tanpa mengurangi nilai adat dan makna sakralnya.

“Apa yang disampaikan sebenarnya adalah bentuk perhatian terhadap keselamatan bersama. Nilai-nilai budaya tetap kita junjung, namun keamanan masyarakat juga harus dijaga. Ini bukan hal yang bertentangan, justru saling melengkapi,” tutur Dewa Putu Budarsa.

Penegasan ini menjadi bentuk sinergi antara lembaga adat dan pihak terkait untuk memastikan bahwa tradisi dan keselamatan dapat berjalan seiring, sehingga masyarakat dapat merayakan Hari Suci Galungan dan Kuningan dengan aman, tertib, dan penuh makna.

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved