Berita Bali

ICCES 2025 di Bali, Sandiaga Uno Dorong Pariwisata Hijau Pulau Dewata Hadapi Ancaman Limbah Plastik

Rusdi Palureng menyatakan pihaknya akan terus mensosialisasikan program bumi hijau seperti zero emisi

Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro
Sandiaga Uno saat mengisi acara ICCES 2025, yang berlangsung di Grand Mercure Seminyak Bali pada Senin 17 November hingga Selasa 18 November 2025. ICCES 2025 di Bali, Sandiaga Uno Dorong Pariwisata Hijau Pulau Dewata Hadapi Ancaman Limbah Plastik 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Sebagai destinasi wisata global yang menjadi simbol keindahan alam, Pulau Bali kini juga menjadi garis depan dan sorotan utama dalam upaya dunia menuju ekonomi sirkular.

International Conference on Circular Economy and Sustainability (ICCES) 2025, yang berlangsung di Grand Mercure Seminyak Bali pada Senin 17 November hingga Selasa 18 November 2025, secara khusus diharapkan dapat menghasilkan cetak biru Pariwisata Hijau.

Hal ini untuk mengatasi tantangan lingkungan, terutama limbah plastik, yang mengancam kelestarian Pulau Dewata.

Digelarnya ICCES di Bali untuk mendorong berbagai perusahaan agar lebih mengutamakan mekanisme daur ulang ketimbang habis pakai dalam proses produksi.

Baca juga: Sejalan dengan Destinasi Pariwisata, Keselamatan Pejalan Kaki Jadi Prioritas Polda Bali

Perhelatan ini mendapat apresiasi positif dari pelaku investasi hijau dan pegiat green jobs, Sandiaga Salahuddin Uno.

Sandiaga menekankan bahwa perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan keterbatasan Sumber Daya Alam (SDA) menjadi tantangan yang mendesak, dan Bali menjadi studi kasus penting.

"Bali contohnya sebagai salah satu destinasi wisata dunia di mana menghasilkan limbah botol plastik cukup banyak, sudah waktunya harus menerapkan pariwisata hijau," ungkap Sandiaga Uno

Ia menyerukan agar standar baru ISO 59000 segera diterapkan, mendorong korporasi beralih dari model linier menjadi sirkular. 

Selain dampak lingkungan, penerapan ekonomi sirkular secara utuh ini juga akan menciptakan efek domino berupa green job yang berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan ekonomi yang berkelanjutan.

"Pekerja green job berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan mengurangi dampak negatif terhadap bumi untuk menuju ekonomi yang berkelanjutan," kata Sandiaga.

"Pekerjaan ini mencakup berbagai sektor seperti energi terbarukan, pengelolaan limbah, efisiensi energi dan pembangunan berkelanjutan," jabat dia.

Komitmen untuk mengawal implementasi ekonomi sirkular ini diperkuat oleh peran perusahaan inspeksi dan sertifikasi, Superintending Company of Indonesia (Sucofindo). 

Kepala Sucofindo cabang Denpasar, Rusdi Palureng, menyatakan pihaknya akan terus mensosialisasikan program bumi hijau seperti zero emisi dan melakukan peninjauan langsung di lapangan.

"Kami akan melihat secara langsung pelaksanaan circular ekonomi di beberapa wilayah sesuai arahan dari perusahaan," kata Rusdi.

"Sesampainya di lokasi kami akan menilai sampai sejauh mana perusahaan benar-benar melaksanakan sistem ekonomi sirkular," imbuh dia.

Rusdi menegaskan kesiapan unit lokal dalam memastikan praktik hijau berjalan di wilayah Bali dan sekitarnya.

Pada kesempatan yang sama, Chairman of the Institute for Circular Economy and Sustainability Transformation (ICEST), Suharman Noerman, menjelaskan bahwa ICCES dilatarbelakangi oleh keprihatinan global atas tiga krisis.

Pemanasan global, polusi udara, serta keterbatasan Sumber Daya Alam yng semuanya memiliki dampak langsung pada masa depan pariwisata Bali.

Menurut Suharman, solusi fundamentalnya adalah mengubah pola bisnis korporasi dari model linier (mengambil, mengolah, dan membuang) menjadi circular model. 

Ekonomi sirkular itu sendiri berfokus pada penggunaan kembali, perbaikan, pembaruan, dan daur ulang produk untuk mempertahankan nilainya selama mungkin.

"Ekonomi sirkular mengubah limbah menjadi peluang, mengurangi penggunaan sumber daya alam baru dan mendukung pertumbuhan ekonomi hijau yang berkelanjutan," papar Suharman.

Dengan digelarnya ICCES perdana di Bali, ICEST berharap terjadi transisi nyata dari ekonomi linier menjadi ekonomi sirkular.

Di mana pemanfaatan limbah menjadi bentuk material atau energi baru bisa menjadi kultur korporasi.

Konferensi yang digelar di Grand Mercure Seminyak Bali ini turut dihadiri oleh para CEO dengan praktik ekonomi sirkular dan pembicara dari berbagai negara seperti Belanda, Jepang, China, Singapura, hingga Swedia.

Serta melibatkan stakeholder nasional seperti Bappenas dan BSN, menegaskan posisi strategis Bali sebagai pelopor transisi ekonomi hijau di Indonesia. (*)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved