bisnis

INSENTIF Impor Mobil Listrik Disetop, Produsen Diwajibkan Beralih ke Produksi Lokal

Setelah periode tersebut, seluruh perusahaan yang berpartisipasi dalam program tersebut diwajibkan beralih ke produksi dalam negeri.

KONTAN/CAROLUS AGUS WALUYO
RUANG PAMER - Suasana ruang pamer diler mobil listrik di Jakarta, Jumat (12/9) kemarin. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengumumkan tidak memperpanjang insentif untuk mobil listrik CBU. 

Namun, hingga kini BYD belum memberikan jawaban yang jelas terkait kelanjutan pembangunan pabrik di Indonesia. Padahal, tenggat waktu insentif CBU akan selesai pada 31 Desember 2025.

Sementara berdasarkan laporan terakhir, progres pembangunan pabrik BYD per Mei 2025 baru mencapai sekitar 45 persen.

Ini menimbulkan tanda tanya terkait strategi BYD dalam memenuhi kewajiban produksi lokal setelah insentif berakhir. Bila pabrik belum rampung sesuai target, maka opsi lain yang tersedia adalah memanfaatkan skema CKD atau IKD sebagai langkah transisi sebelum pabrik beroperasi penuh. (ali/kontan)

 

Efek Perang Harga, Penjualan EV Melesu

Sementara itu, penjualan mobil listrik (EV) dan hibrida di China pada Agustus mencatat pertumbuhan paling lambat dalam satu setengah tahun terakhir, seiring upaya pemerintah menahan perang harga yang merugikan industri.

Meskipun penjualan EV dan hibrida masih melampaui mobil berbahan bakar bensin untuk bulan keenam berturut-turut, pertumbuhan tahunan menurun menjadi 7,5 persen dari 12 % pada Juli, menurut data China Passenger Car Association (CPCA) yang dirilis Senin (8/9).

Angka ini merupakan kenaikan terkecil sejak Februari 2024, ketika segmen ini mencatat penurunan 11,6 % akibat pergeseran waktu libur Tahun Baru Imlek.

Total penjualan mobil secara keseluruhan mencapai 2,02 juta unit pada Agustus, naik 4,9 % dibanding periode sama tahun lalu, menandai pertumbuhan paling lambat dalam tujuh bulan terakhir. 

Sekretaris Jenderal CPCA, Cui Dongshu memperkirakan, pertumbuhan penjualan mobil akan lebih lambat pada kuartal keempat, seiring langkah pemerintah untuk mengurangi kompetisi berlebihan yang disebutnya akan “menyelesaikan masalah yang dihadapi industri otomotif.”

Pabrikan EV China, BYD, sebelumnya memangkas target penjualan 2025 hingga 16 % menjadi 4,6 juta kendaraan, menurut laporan Reuters pekan lalu. Penjualan domestik BYD, yang menyumbang hampir 80?ri total penjualan global, turun untuk bulan keempat berturut-turut pada Agustus.

Produsen ini juga mencatat penurunan produksi bulanan berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2020. Sementara itu, Li Auto mencatat penurunan penjualan hibrida jarak jauh selama tiga bulan berturut-turut pada Agustus karena permintaan melemah. 

Penjualan hibrida jarak jauh di pasar China hanya naik tipis 0,3 % dibanding tahun lalu setelah turun 11,4 % pada Juli, sedangkan penjualan plug-in hybrid turun 7,3 % , dibanding penurunan 0,2 % pada Juli, menurut data CPCA.

Meski demikian, Agustus menjadi bulan terbaik bagi produsen lokal Geely, Xpeng, dan Nio dalam hal penjualan EV dan hibrida. Geely, pesaing BYD terbesar di China, mencatat lonjakan penjualan tahunan hingga 95,2 % di segmen ini. Pertumbuhan ekspor mobil China melambat menjadi 20,2 % pada Agustus dari 25 % di Juli. (kontan)

 

Bolttech Gandeng Distributor BYD

Seiring perkembangan mobil listrik, sepertinya bisnis asuransi mobil ikut ngebut. Bolttech, perusahaan insurtech globa, menjalin kemitraan dengan Harmony Auto—distributor otomotif asal Tiongkok yang berfokus pada kendaraan premium, mewah, dan energi baru. 

Melalui kerja sama ini, keduanya menawarkan rangkaian solusi asuransi khusus bagi pemilik kendaraan listrik BYD yang dipasarkan lewat jaringan distribusi Harmony Auto.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved