Berita Buleleng

Undiksha Klaim Peningkatan Siginifikan Kemampuan Membaca Siswa SMP di Buleleng 

Undiksha Klaim Peningkatan Siginifikan Kemampuan Membaca Siswa SMP di Buleleng 

istimewa
Dekan FIP Undiksha Singaraja, I Wayan Widiana. Ia menyebut ada peningkatan signifikan kemampuan membaca anak SMP di Buleleng pasca dilakukan pendampingan. Tribun Bali/ Muhammad Fredey Mercury 

 


TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Pendampingan klinis literasi yang dilakukan mahasiswa dan dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja dinilai berhasil. Ini dibuktikan dari peningkatakan kemampuan membaca siswa SMP yang menunjukkan peningkatan signifikan. 

Diketahui pendampingan ini menindaklanjuti pemberitaan mengenai banyaknya siswa SMP di Buleleng yang belum bisa/lancar baca-tulis. FIP selanjutnya mengerahkan 600-700 mahasiswa dan 51 dosen pendamping. Seluruhnya disebar ke 61 SMP di sembilan kecamatan yang ada di Buleleng

Dekan FIP, I Wayan Widiana saat ditemui Selasa (28/10/2025) mengungkapkan, pendampingan yang dilakukan siswa sangat bervariatif, menyesuaikan dengan kondisi anak. "Kondisi anak yang kurang lancar (baca) maka pendampingannya tidak terlalu intens. Tapi untuk kondisi anak yang tidak lancar (baca), ya pendampingannya harus sangat konsisten," jelasnya. 

Baca juga: Tumbuhkan Semangat Baru, YKAI Bali Ajak Anak-Anak Berwisata ke Marine Safari Bali

Selama empat bulan pendampingan, kemampuan membaca siswa mengalami peningkatan signifikan. Misalnya siswa dengan kategori tidak lancar membaca dari awalnya tercatat 243 anak, turun tajam menjadi 86 anak. 

Begitupun siswa dengan kategori kurang lancar, dari awalnya 89 anak naik menjadi 99 anak. Peningkatan ini karena adanya pergeseran dari semula tidak lancar menjadi kurang lancar. Demikian pula siswa pada kategori lancar, dari awalnya hanya 17 anak naik menjadi 109 anak. 

"Sedangkan kategori sangat lancar, tercatat sebanyak 22 anak pada akhir periode. Dengan demikian terjadi mobilitas naik antar level kelancaran membaca, dari tidak lancar menjadi lebih lancar dan sangat lancar," ungkapnya.

Baca juga: DPRD Badung Dorong 2 Raperda Inisiatif, Soal Kekayaan Intelektual & Penertiban Hewan Penular Rabies

Widiana tak memungkiri ada banyak kendala yang menyebabkan program pendampingan ini tidak optimal. Misalnya, masalah konsentrasi dan fokus, ketidakhadiran atau kedisiplinan siswa, kesulitan fonologis (bunyi-huruf). Adapula masalah pribadi seperti kurangnya dukungan orang tua, kepercayaan diri rendah, hingga masalah psikososial. 


"Tantangan terberat itu mengembalikan jiwa anak kepada proses pembelajaran. Apalagi yang tidak mendapat dukungan dan motivasi belajar dari orang tua. Sebab pendidikan itu tidak hanya diserahkan pada sekolah, namun juga perlu peran orang tua saat di rumah," jelasnya. 


Walaupun mengklaim berhasil meningkatkan kemampuan literasi, Widiana menegaskan program pendampingan ini masih perlu dilanjutkan untuk menjaga momentum kemajuan yang berkelanjutan. Disamping juga menjadikan literasi dan numerasi sebagai budaya di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat. 


Widiana mengatakan hasil pendampingan selama empat bulan telah dibuatkan buku, untuk nantinya disampaikan ke Pemkab Buleleng. Sehingga bisa dipelajari dan ditindaklanjuti di masing-masing sekolah. "Saya berharap buku itu bisa menjadi rujukan untuk menerapkan metode ini di sekolah, dalam pendampingan ke depan," tegasnya. 


Berdasarkan hasil pendampingan ini pula, Widiana mengungkapkan beberapa rekomendasi bagi pemerintah daerah. Misalnya bagi anak-anak bermasalah, agar diberikan pendampingan secara khusus melalui guru bimbingan konseling (BK). 


"Peran guru BK sangat penting untuk memberikan pendampingan psikologis pada anak-anak yang membutuhkan pendampingan pembelajaran," jelasnya. 


Selain itu, ia juga merekomendasikan agar ada skrining literasi sejak dini, misalnya pada kelas III atau IV SD. Baik itu literasi baca-tulis maupun berhitung (numerasi). Pun demikian hasil skrining literasi harus dilaporkan perkembangannya ke Dinas Pendidikan. 


"Rekomendasi besar kami, skrining ini dilakukan secara rutin oleh pihak sekolah melalui Dinas Pendidikan selama 5 atau 10 tahun ke depan. Dengan skrining ini, pihak dinas bisa mengambil langkah-langkah lebih lanjut sejak dini," tandasnya. (mer)

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved