Kisah Inspiratif

KISAH Pilu Ditinggal Pergi Ibu Sejak Kecil dan Ayah Stroke, Komang Bama Berjuang Lanjutkan Sekolah!

Sri Darmayanti menyampaikan apresiasi tinggi terhadap etos belajar Komang yang sangat tinggi di tengah kondisinya yang mengalami keterbatasan.

ISTIMEWA
Komang Adi Bama membantu sang ayah Ketut Bulat, yang sakit stroke untuk membuat canang dan menjualnya ke warung-warung sepulang sekolah. 

TRIBUN-BALI.COM - Kisah yang sangat mengharukan dan inspiratif datang dari Komang Adi Bama Setia Prayuna, seorang siswa kelas 2 SMP di Bangli, dalam menjalani pendidikan sembari berbakti kepada ayahnya. Komang Bama harus berjuang melawan segala keterbatasan.

Siang itu, Kamis (16/10/2025), Komang Bama baru saja tiba di rumahnya di Dusun Jangkan, Desa Kayubihi, Bangli. Setelah berganti baju, Bama bergegas masuk ke sebuah kamar sedeharna. 

Remaja polos ini duduk lalu mengambil pisau dan janur yang sudah ada di atas meja. Dengan cekatan Bama memotong-motong janur lalu dijadikan bahan perlengkapan canang.

Sementara ayahnya, I Ketut Bulat, duduk di sampingnya. Terlihat deretan ceper canang sudah disusun di atas meja. Ketut Bulat lalu menaruh bunga dengan berbagai rupa warna. 

Baca juga: ANCAMAN DO Mahasiswa Pembully Mendiang Timothy, Unud Bantah Korban Meninggal Akibat Depresi Skripsi!

Baca juga: KORBAN Pencemaran Nama Baik di Medsos, Penglingsir Jro Bun Kesiman Adukan Warganet ke Polda Bali!

SOSOK - Komang Adi Bama membantu sang ayah Ketut Bulat yang sakit stroke untuk membuat canang dan menjualnya ke warung-warung sepulang sekolah.
SOSOK - Komang Adi Bama membantu sang ayah Ketut Bulat yang sakit stroke untuk membuat canang dan menjualnya ke warung-warung sepulang sekolah. (Dokumen Tribun Bali)

Dalam kamar sederhana itu, Komang Bama bersama ayahnya tampak fokus membuat canang satu per satu. Canang-canang tersebut akan dijual ke warung-warung setempat.

Kamar ini menjadi tempat “bekerja” sekaligus tempat tidur bagi sang ayah. Selain meja bambu, di dalamnya terdapat ranjang kayu sederhana, lemari kecil, serta sebuah televise tua 14 inchi.

Sehari-hari, sepulang sekolah, di kamar inilah Komang Bama membuat canang bersama ayahnya. Ini menjadi mata pencaharian utama untuk biaya hidup dan sekolah.

Setiap hari, Komang Bama tidak hanya disibukkan dengan pelajaran sekolah. Akan tetapi juga dengan membantu sang ayah membuat dan berjualan canang demi membiayai sekolah dan kehidupan sehari-hari.

Komang Bama tinggal bersama ayahnya yang merupakan tulang punggung keluarga tunggal, setelah sang ibu meninggal dunia pada tahun 2020 akibat serangan jantung. 

Ironisnya, sang ayah sendiri telah menderita stroke sejak tahun 2018, yang menyebabkan tangan dan kakinya lemah, membatasi geraknya, meski ia masih berusaha memasak dan membuat canang.

Sejak ibunya tiada saat masih kelas 4 SD, Komang Bama mengambil peran untuk membantu ayahnya. Sehari-hari Komang Bama bangun pukul 04.30 WITA, bersiap-siap ke sekolah naik angkutan umum. 

Jarak dari rumah ke SMP Negeri 2 Bangli di Kubu lumayan jauh. Untuk ongkos pulang-pergi, ia membutuhkan Rp 8.000, yang diambil dari uang bekal hariannya sebesar Rp 15.000. 

Dengan sisa uang Rp 7.000, ia mencukupkan diri untuk sarapan berupa nasi seharga Rp 5.000 dan air putih, sementara makan siang ia dapatkan dari program MBG (Makan Bergizi Gratis).

Program MBG sangat berarti bagi Komang Bama. Sebelumnya, ia tak pernah sarapan karena uang sakunya hanya cukup untuk makan siang. 

Perjuangan Komang meraih cita-citanya tidak hanya di bangku sekolah, namun masih berlanjut sepulang sekolah, tak kenal lelah, ia langsung membantu ayahnya. 

"Pulang sekolah saya bantu Bapak bikin canang bawa ke warung-warung," ujar Komang Bama lirih.
Komang Bama juga bertanggung jawab membantu ayahnya dengan menyiram tanaman dan mencari kayu bakar untuk memasak air dan nasi.

Meski berasal dari keluarga kurang mampu yang telah menerima bantuan dari beberapa relawan dan yayasan, semangat belajar Komang Bama tak pernah pudar. 

Ia mengaku tidak mengalami kendala dalam mengikuti pelajaran. Bukunya, yang merupakan bekas semester sebelumnya, masih bisa dipakai. 

"Bekas buku diambil tidak perlu beli buku, buku semester 1 dipakai semester 2," jelasnya. 
Ia juga aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tabuh, ini mencerminkan kecintaan anak ketiga dari 3 bersaudara ini dengan tradisi tanah kelahirannya.

Bagi Komang Bama, semua perjuangan ini didorong oleh satu cita-cita besar yakni bekerja di kapal pesiar. Ia menyadari bahwa profesi ini adalah jalan terbaik untuk menolong keluarganya. 

Ia kini terus mengasah kemampuannya dengan belajar Bahasa Inggris untuk mewujudkan mimpinya tersebut. "Ingin sekali kerja di Kapal Pesiar untuk bisa membantu orangtua," katanya. 

Sementara itu, Guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 2 Bangli, Ni Wayan Sri Darmayanti, menyatakan pihak sekolah terus memberikan perhatian dan motivasi khusus kepada Komang Bama. 

Menurutnya Komang Bama adalah sosok anak yang aktif, rajin, tidak pernah bermasalah, dan mampu berbaur dengan teman-temannya. 

"Komang diterima dan dirangkul, bahkan teman-temannya sering berbagi jajan dengannya," ucapnya.
Pihak sekolah juga menyatakan Komang Bama sebagai prioritas dalam pengajuan bantuan dan pernah mendapatkannya melalui program seperti Tali Kasih, Yayasan Relawan Bali, dan Yayasan Bali Children. 

Komang Bama juga merupakan penerima bantuan pemerintah berupa Program Indonesia Pintar (PIP), yang dimanfaatkan untuk membeli keperluan sekolah seperti buku, tas, dan sepatu.

Sri Darmayanti menyampaikan apresiasi tinggi terhadap etos belajar Komang yang sangat tinggi di tengah kondisinya yang mengalami keterbatasan.

"Kami guru senang Komang punya cita-cita ke kapal pesiar, dia tahu susahnya orangtua. Komang Adibama harus tekun belajar, tidak patah semangat, walaupun sakit pun dia tetap ingin belajar," pesannya.

Ketut Bulat dengan segala keterbatasan fisiknya akibat stroke mendukung penuh cita-cita sang anak. "Saya dukung cita-cita anak saya biar bisa mengangkat martabat keluarga," ucapnya dengan mata berkaca-kaca. 

Namun mengingat keterbatasan dirinya, ia berharap adanya relawan dan pemerintah yang terketuk hatinya memberikan perhatian, khususnya dalam membantu Komang Bama melanjutkan pendidikan.

Ketut Bulat terus berusaha memberikan pendidikan yang layak bagi ketiga anaknya, di mana putra pertamanya masih menempuh pendidikan, dan putrinya sekarang duduk di bangku pendidikan SMK 2 Bangli, dan Komang mengenyam pendidikan di SMPN 2 Bangli.

"Sehari hari bikin canang, keterbatasan tiang tangannya kan lemas, kena stroke dari 2018. Kaki lemas juga, bisa tapi harus pelan. Istri meninggal tahun 2020 serangan jantung, saya sendiri mengasuh 3 anak dengan kondisi sakit stroke," bebernya.

"Bahan canang astungkara saya ambil di ladang, kekurangannya baru beli. Tergantung kalau ada rahinan, sehari hari paling 10 bungkus, dapat bersihnya rata rata Rp 30 - 40 ribu per hari. Ya cukup cukupin kadang, hasil ladang rumput dijual," tutur dia. 

Semangat Komang Bama menjadi cerminan dari ketangguhan dan harapan seorang anak yang masih remaja, membuktikan bahwa keterbatasan materi bukanlah penghalang untuk meraih impian besar. (adrian amurwonegoro)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved