Banjir di Bali

BPBD Bali Petakan Mitigasi Bencana saat Musim Hujan, Jembrana Rawan Banjir Bandang

Masuki musim penghujan, Bali kembali rawan tergenang banjir. Terlebih pada bulan November ini, 50 persen wilayah Bali telah memasuki musim hujan.

ISTIMEWA
ALIRAN SUNGAI - Foto udara daerah aliran sungai (DAS) di wilayah Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, Jumat (3/10) lalu. Lokasi ini menjadi salah satu yang terparah saat banjir bandang 10 September 2025 lalu. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Masuki musim penghujan, Bali kembali rawan tergenang banjir. Terlebih pada bulan November ini, 50 persen wilayah Bali telah masuk zoma musim (ZOM) hujan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali memetakan mitigasi bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah, seperti bencana banjir dan longsor.

Sebanyak 8 kabupaten/kota di Bali rawan terjadi banjir. Adalah Kabupaten Jembrana rawan banjir dan banjir bandang, Tabanan rawan banjir dan longsor, Kota Denpasar rawan banjir, Kabupaten Karangasem rawan tanah longsor dan banjir, Buleleng rawan banjir, dan Badung rawan banjir. Sedangkan Kabupaten Bangli rawan longsor.

Kepala Pelaksana (Kalaksa BPBD Bali, I Gede Teja menjelaskan terdapat sejumlah wilayah di Bali yang mayoritas alami kejadian bencana hidrometeorologi. 

Baca juga: RAWAN Banjir Bandang di Jembrana, BPBD Bali Petakan Mitigasi Bencana saat Musim Hujan

“Upaya kesiapsiagaan banjir dan tanah longsor pun dilakukan melalui langkah jangka pendek seperti gerakan bersih sungai, inspeksi infrastruktur, aktivasi tim siaga, pemanfaatan kulkul dan grup komunikasi sebagai peringatan dini, serta kesiapan personel dan logistik 24 jam,” kata dia. 

“Untuk jangka menengah-panjang, difokuskan pada penanaman pohon, penataan DAS (Daerah Aliran Sungai), penerapan teknologi peringatan dini, pembangunan infrastruktur berbasis risiko, edukasi masyarakat, dan penguatan sistem penanggulangan bencana terpadu,” jelasnya, Jumat (7/11). 

Selain itu, upaya kesiapsiagaan mitigasi bencana hidrometeorologi juga telah dirancang oleh BPBD Bali

Seperti, penyusunan rencana kontijensi cuaca ekstrem, penyiapan sumber daya melalui penyiapan dan iventarisasi sumberdaya tersedia di Bali, dan koordinasi rutin lintas sektor, kolaborasi dengan BMKG dalam peringatan dini cuaca ekstrem. 

Di samping juga menyiagakan tim TRC dan manajemen informasi oleh Pusdalops 24/7, apel kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem, dan upaya bersama dalam bersih sungai, saluran air, sampah dan penanaman pohon penghijauan.

Terkait anggaran, Teja mengatakan tidak ada anggaran khusus yang disiapkan untuk mitigas bencana. Namun, jika darurat mekanisme belanja tak terduga dapat diakses. 

“Tidak ada anggaran khusus yang disiapkan. Tetapi bila darurat, mekanisme Belanja Tak Terduga dapat kami akses,” bebernya. 

Pihaknya berpesan kepada masyarakat agar ikut melakukan kesiapsiagaan terhadap bencana yang terjadi. Yaitu dengan melakukan gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan, mengakses dan memiliki pemahaman terhadap peringatan dini cuaca ekstrem, pengetahuan terhadap rute dan tempat evakuasi dan tas siaga jika rumah berada di area rawan banjir/longsor, saerta memiliki nomor kontak penting darurat.

Baca juga: Tiang dan Kabel Jadi Penyebab Banjir di Denpasar Bali, Warga Badung Diimbau Tanggap Darurat Bencana

Dikatakan, BPDB Bali juga telah meluncurkan Sistem Informasi Kebencanaan (SIK) Terintegrasi, sebagai bentuk pengembangan dari sistem sebelumnya yang kini hadir dengan fitur lebih modern, cepat, dan terhubung lintas bidang.

Sistem ini dalam upaya memperkuat manajemen data dan informasi kebencanaan di daerah.

Teja mengungkapkan bahwa pengembangan SIK ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat koordinasi lintas bidang dan memastikan pengelolaan data kebencanaan yang terintegrasi secara real-time. 

“SIK bukan sekadar sistem, tetapi ekosistem kolaboratif yang menghubungkan seluruh pihak untuk mewujudkan Bali Tangguh Bencana,” ujarnya. 

Melalui SIK Terintegrasi, setiap data bencana kini dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan berbasis bukti, mempercepat respons darurat, dan meningkatkan kesiapsiagaan lintas sektor.

Sementara itu, Kepala UPTD Pengendalian Bencana Daerah BPBD Provinsi Bali, I Wayan Suryawan, menjelaskan bahwa SIK mencakup 4 modul utama.

Yaitu, pra bencana, saat bencana, pascabencana, dan tata kelola sistem, yang semuanya terhubung dalam satu alur data kebencanaan terpadu. 

Baca juga: Jembrana Masih Kekurangan Perahu Karet Untuk Antisipasi Banjir, 481 Personel Gabungan Disiagakan

Dengan semangat “Satu Data, Satu Arah, Satu Sistem untuk Bali Tangguh Bencana,” BPBD Bali berkomitmen menjadikan SIK sebagai fondasi transformasi digital kebencanaan yang transparan, efisien, dan menjangkau hingga ke tingkat desa. (sar)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved