Bangke Matah Dikubur di Klungkung Bali
Krama Kerauhan Saat Berjalan Menuju Setra, Dewa Aji Tapakan Pun Berdiri di Hadapan Liang Kubur
Ribuan Krama Banjar Adat Getakan turut menyaksikan persiapan prosesi Calonarang dengan layon mependem yang baru pertama kalinya digelar itu
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Langit di Desa Getakan, Klungkung mulai temaram (senja, red).
Tepat pukul 18.00 Wita, suara gamelan terdengar riuh, dan ribuan Krama Banjar Adat Getakan berjalan perlahan menuju Setra.
Baca: Dewa Aji Tapakan Mohon Keselamatan di Pura Dalem, Suami Istri Bubuhkan Cap Jempol!
Baca: Dewa Aji Tapakan Diarak Lalu Dimandikan Ala Mayat, Ribuan Mata Jadi Saksi
Baca: VIDEO: Puluhan Anak dan Orang Dewasa Jadi Bangke Matah, Suasana Mistis Begitu Terasa
Baca: Ini Liang Kubur Dewa Aji Tapakan Saat Calonarang di Klungkung, Penguburan Pukul 00.00 Wita!
Setiap warga yang berada dipinggir jalan, ketika itu diminta untuk menepi dan duduk sesaat, karena Petapakan Ratu Mas Bukit Jati, Ratu Mas Dalem Lingsir, Ratu Mas Klungkung, dan Petapakan Barong Ket memargi menuju Setra setempat.

Petapakan Ratu Mas Bukit Jati, Ratu Mas Dalem Lingsir, Ratu Mas Klungkung
Suasana sakral semakin terasa, ketika beberapa Krama Adat Getakan kerauhan, saat berjalan beriringan dengan Ratu Mas Klungkung.
Ribuan Krama Banjar Adat Getakan turut menyaksikan persiapan prosesi Calonarang dengan layon mependem yang baru pertama kalinya digelar itu.
Setelah melakukan ritual persembahyangan, Dewa Aji Tapakan perlahan bangun dari duduknya.
Pria yang akan melakoni peran sebagai layon dan akan dipendem atau dikubur tersebut langsung berdiri di depan liang.
Dalam liang tersebut sudah dimasukan peti, yang menjadi tempat Dewa Aji Tapakan saat dikubur.
Ribuan masyarakat Banjar Adat Getakan berusaha mengabadikan momen langka tersebut.
Hari semakin gelap, Dewa Aji Tapakan memejamkan matanya sembari membawa sebatang dupa.
Dengan menggenakan pakaian serba putih, ia tampak sangat khusyuk untuk berdoa.