23 Prasasti Buatan Tahun 844 Caka Era Kerajaan Ugrasena Diidentifikasi, Ungkap Informasi Ini
Sebanyak 23 keping prasasti yang selama ini tersimpan rapi di Puri Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng diidentifikasi
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Sebanyak 23 keping prasasti yang selama ini tersimpan rapi di Puri Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng diidentifikasi oleh Balai Arkeologi (Balar) Bali, Kamis (4/4). '
Prasasti yang terbuat dari bahan tembaga itu memuat tentang pajak serta batas-batas wilayah Tamblingan yang konon dulunya menjadi pemukiman warga Desa Gobleg.
Prasasti-prasasti itu diletakkan dalam dua wadah yang berbeda.
Baca: Nasib Malang Desak Putu Siji, Lansia Sebatang Kara & Tidak Ada yang Rawat hingga Batal Operasi
Yakni di dalam sebuah guci dengan jumlah 15 lempeng serta di dalam keropak sebanyak delapan lempeng.
Khusus prasasti yang ada di dalam guci ditemukan oleh warga terkubur di wilayah Pura Endek, Desa Gobleg pada tahun 2001 lalu.
Saat digali, ditemukan sebuah guci dengan ukuran yang cukup besar. Di dalam guci itulah terdapat 15 lempeng prasasti dengan tulisan aksara Jawa Kuno.
Sementara prasasti yang tersimpan di dalam keropak mulanya ditemukan di Pura Batur, Desa Gobleg. Tidak ada yang tahu sejak kapan prasasti itu ditemukan.
Baca: Tak Tahan Lihat Pakaian Seksi Tetangga Kos, Nafsu Cening Narma Muncul Hingga Tega Melakukan Hal Ini
Namun yang jelas, prasasti dengan panjang 42,4 sentimeter serta lebar 8,7 sentimter itu sudah cukup lama tersimpan di Puri Desa Gobleg.
Koordinator Peneliti Balai Arkeologi Bali, Nyoman Sunarya mengatakan, dari hasil identifikasi, prasasti itu diketahui dibuat saat masa kerajaan Ugrasena pada tahun 844 Caka, masa kerajaan Udayana, serta masa kerajaan Suradhipa pada tahun 1041 Caka.
Usai diidentifikasi sebut Sunarya, pihaknya akan mengumpulkan datanya serta menelusuri desa-desa yang telah disebutkan dalam prasasti tersebut.
"Dalam prasasti ini berisi tentang batas wilayah Tamblingan, pajak, hak dan kewajiban warga desa tamblingan," jelasnya.
Sementara Penglingsir Puri Desa Gobleg, I Gusti Ngurah Agung Pradnyan (65) mengatakan, ia bersama keluarga sangat menjaga baik prasasti-prasasti tersebut.
Pembersihan pun rutin dilakukan setiap hari raya Tumpek Landep.
Mengingat ada beberapa prasasti yang mulai rusak, ia mengaku akan bekerjasama dengan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya untuk dibuatkan duplikatnya, serta membersihkan beberapa prasasti yang mulai dipenuhi jamur.
"Terkait isinya jarang ada yang tahu. Karena masalah prasasti itu kan ada di sini ada di situ. Jadi ada prasasti ya sudah. Dari leluhur kami yang dulu tinggal di Tamblingan, lalu pindah dan di bawa ke sini (Desa Gobleg,red)," ujar dia.