634,94 Kg Sampah Terkumpul dalam 1 Jam, Coastal Cleanup 2019 di Pantai Mertasari
Kegiatan ini merupakan kerja sama dengan Ocean Conservancy dan Brestling SA, serta dukungan pada acara Bali Surfing Pro Competion
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Irma Budiarti
634,94 Kg Sampah Terkumpul dalam 1 Jam, Coastal Cleanup 2019 di Pantai Mertasari
Laporan Wartawan Tribun, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Dalam rangka International Coastal Cleanup (Bersih Pantai Internasional), Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut melaksanakan Gerakan Bersih Pantai dan Laut yang merupakan bagian dari Gerakan Cinta (Gita) Laut.
Kegiatan ini merupakan kerja sama dengan Ocean Conservancy dan Brestling SA, serta dukungan pada acara Bali Surfing Pro Competion.
Tujuan kegiatan ini melakukan aksi nyata dalam membebaskan laut dari sampah, terutama sampah plastik.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Muhammad Yusuf, saat membuka International Coastal Cleanup 2019, di Pantai Mertasari Sanur, Jumat (10/5/2019).
Yusuf menegaskan, pencemaran sampah plastik menjadi ancaman serius terutama di laut.
Sampah yang masuk ke laut tidak hanya berasal dari daratan, namun juga berasal dari pelayaran di laut, pulau-pulau kecil, hingga yang terbawa arus-arus.
Lebih dari 250 juta km2 wilayah lautan terdampak pencemaran dan Indonesia saat ini menyumbang sampah plastik hingga 1,29 juta metrik ton/tahun ke lautan.
Walaupun sampah yang didapati di laut bermacam-macam, namun sampah plastik yang berada di lautan saat ini mendominasi sebagai jenis yang paling banyak ditemukan.
Baca: Lomba Gebogan PAUD Kumara Bhuana II, Pererat Kebersamaan Orangtua & Tingkatkan Pamor Buah Lokal
Baca: Meski Tidak Wajib, Perajin Kriya Kayu Ukir Bali Dituntut Kantongi Sertifikasi Profesi
Pada 2050 diduga akan lebih banyak sampah dibandingkan ikan di laut.
“Sudah banyak kerugian yang ditimbulkan dari banyaknya sampah di laut terutama yang terjadi pada biota laut. Salah satunya kematian paus di Wakatobi, dimana dalam perutnya terdapat sampah plastik sebanyak 5,9 kg dan kematian Penyu di Pulau Pari yang ditengarai akibat sampah yang masuk ke laut dari sungai-sungai di Jakarta,” tambah Yusuf.
Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik lalu masuk ke lautan akan mengalami proses pelapukan sehingga menjadi mikro dan nano plastik yang akan merusak ekosistem pesisir.
Selain itu mikro plastik dan non plastik ini dapat termakan oleh ikan dan plankton.

Selanjutnya, produktivitas perikanan dapat menurun dan implikasi dari mikro plastik bisa masuk ke jejaring makanan (food-web) yang akhimya dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia.