Ida Pedanda Gunung Wafat

Minta Tanpa Bade, Wasiat Ida Pedanda Gunung: ‘Kalau Aji Meninggal Nanti, Tolong!’

Tentang kesederhanaan kremasi tersebut, Gus Purwita punya cerita. Suatu hari ia bercengkerama dengan ayahnya.

Penulis: I Putu Darmendra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Facebook Ida Pedanda Gede Made Gunung
Ida Pedanda Gede Made Gunung 

Perbincangan pun mengalir.

Namun tidak seperti biasanya, Ida Pedanda yang menjadi wiku (pandita) sejak 27 Oktober 1994 itu justru menyisipkan pesan lain kepada Gus Parwita kendati disampaikan sembari tersenyum.

"Kalau aji (ayah) meninggal nanti, tolong jangan buatkan upacara yang besar. Tanpa bade. Layon aji cukup diusung anak-anak menuju perabuan, pebasmian (tempat kremasi). Sesederhana itu," begitu Gus Purwita menirukan ucapan mendiang sang ayah.

Sulinggih yang lahir pada 31 Desember 1950 itu lalu melanjutkan pesannya.

"Tempatnya di halaman depan, di seputaran pohon cempaka," begitu ujar Ida Pedanda kepada Gus Purwita.

Pesan inilah yang dijadikan acuan dari paruman keluarga besar Griya Gede Purnawati Kemenuh.

Bagi keluarga, pesan itu seperti sebuah wasiat bahkan bhisama dari sang wiku sehingga pantang untuk dilanggar.

Gus Purwita pun berikhtiar menjalankan amanat tersebut.  

"Bhisama yang pernah disampaikan langsung oleh beliau kepada saya sebagai anak laki-laki penerus ya seperti itu. Walaupun saat itu disampaikan dengan nada bercanda sembari tertawa, tapi ini tidak bisa kami langgar," ujar Gus Purwita.

Disebutkan Gus Purwita, ayahandanya mengatakan bahwa kesederhanaan tak harus jadi penghalang dalam beryadnya.

Yang terpenting, tidak kehilangan makna.

"Kesederhaan beliau mengacu pada raos (ucapan) almarhum Ida Pedanda Made Sidemen. Cukup dengan upacara yang sederhana toh juga beliau akan mendapatkan tempat terbaik. Dan aji saya meniru kesederhanaan Ida Pedanda Made Sidemen," ungkap Gus Purwita.

Dalam keseharian, Ida Pedanda Gede Made Gunung yang menjadi wiku sejak 27 Oktober 1994 itu memang dikenal sebagai sulinggih yang sederhana.

Banyak pola pikir dan laku diri yang bisa diteladani.

Wiku yang mantap menapak jalan dharma wacana ini selalu menyempatkan diri menyelipkan pesan kesederhanaan itu. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved