Dharma Wacana
Ini Makna Nasi Kuning saat Banyu Pinaruh
Berbicara mengenai nasi kuning, nasi ini merupakan sebuah infrastruktur untuk memperkuat teologi Hindu.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Pengetahuan tersebut berada pada mahkota makhluk tersebut, yakni pikiran.
Dan, setiap Hari Raya Saraswati pikiran ini harus diberdayakan.
Selain itu, bila kita berbicara sesuai bahasa tupeng, ketika kita ingin sebuah pemikiran intelegensi, intelektual, dan spiritual, mestinya manusia harus kembali pada tatanan yang hening.
Dalam hal ini, maksud hening adalah ketika kita memohon berkah pada Tuhan.
Dan, dalam memohon berkah inilah kita menggunakan sesajen nasi kuning.
Lalu apa nasi kuning itu, bila kita merujuk dari sastra Dewata Nawa Sanga, kuning merupakan warna Bhatara Mahadewa.
Mahadewa merupakan bentuk dari evolusi dari Panca Brahma yang bertempat di barat.
Mahadewa juga sebagai bentuk dari konsep kosong menjadi ada. Dalam hal ini, "ada" itulah wujud dari Bhatara Mahadewa.
Maka demikian, konsep Hari Raya Saraswati merupakan suatu bentuk cikal bakar penciptaan yang berasal dari sunya (kosong).
Sementara Hari Banyu Pinaruh merupakan hari mengalirnya ilmu pengetahuan.
Dalam Banyu Pinaruh ini umat menghaturkan sesajen nasi kuning sebagai simbol pengetahuan sudah ada dalam diri manusia, dan sangat bermanfaat. (*)