Gunung Agung Terkini
TERKINI, Sinar Api di Kawah Gunung Agung Terlihat Jelas Malam Ini, Begini Penjelasan PVMBG
Panas dari lava di dalam kawah sekitar 900 sampai 1300 derajat celcius, jika baru berada dipermukaan
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA- Glow atau sinar api kembali terlihat jelas dari Pos Pantau Gunung Api di Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Rabu (5/12/2017) malam.
Beberapa hari sebelumnya, glow atau sinar api berwarna merah tersebut terlihat tak seterang malam ini.
Baca: Dampak Erupsi Gunung Agung Terhadap Dunia Pariwisata di Bali, Ini yang Sudah Mulai Terasa
Baca: Inikah Berkah Erupsi Gunung Agung? Lahar Hujan Membawa Pasir dan Koral, Sutopo Tulis Begini
Hal tersebut mengindikasikan masih adanya energi termal, atau panas dari lava yang saat ini telah memenuhi sepertiga kawah Gunung Agung.
Panas dari lava di dalam kawah sekitar 900 sampai 1300 derajat celcius, jika baru berada dipermukaan.
Sementara akan mendingin menjadi sekitar 700 derajat celcius setelah berinteraksi dengan udara di sekiarnya.
"Glow atau cahaya sinar api ini mengindikasikan jika adanya lava yang panas di permukaan kawah. Lava ini terus bertambah ke permukaan kawah, walau pertumbuhannya untuk memenuhi kawah itu melambat dalam dua hari terakhir," jelas Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana.
Berdasarkan pantauan tim PVMBG periode Rabu (5/12/2017), Gunung Agung masih berstatus awas (Level IV), walaupun secara visual Gunung Agung tampak masih tenang seperti sehari sebelumnya.
Devy menjelaskan, secara visual Gunung Agung masih menghembuskan gas tipis berwarna putih dengan tinggi sekitar 500 sampai 1000 meter dari puncak kawah.
Namun, memasuki pukul 08.48 Wita, ketinggian asap meningkat sampai 1500 meter dan berangsur-angsur berkurang.
Asap putih ini pun masih dominan uap air.
Selain itu, gempa vulkanik dan low frekuensi juga masih terekam, yang menandakan masih ada influsi lava ke permukaam kawah Gunung Agung.
"Meskipun asap ini berwarna putih, hasil pengecekan asap ini masih mengandung gas magmatik SO2. Ini artinya dibawah kawah masih ada aktivitas magmatiknya," jelas Devy.
Hasil pengukuran terakhir, kandungan gas SO2 di sekitar kawah Gunung Agung masih 1300 ton sehari.
Hasil satelit terakhir juga masih menunjukan jika masih ada pengisian lava menuju permukaan, namun dengan laju yang melambat.
Pihak PVMBG mengestimasi, dari tanggal 30 November lalu, penambahan lava di dalam kawah hanya sekitar 10 meter dari total tinggi kawah yang mencapai 200 meter.
Devy juga mulai mengamati adanya perbedaan fase erupsi gunung Agung saat ini, jika dibandingkan dengan tahun 1963.
Pada tahun 1963, aktivitas lava cenderung cepat memenuhi kawah, dan keluar guguran lava serta awan panas sehari setelah letusan pertama.
Berbeda dengan sekarang, yang pemenuhan lava dalam kawah cenderung fluktuatif dan mulai melambat.
"Mungkin karena dulu kawahnya masih dangkal dan kecil. Saat ini kondisi fisik kawah kan sudah berbeda, pasca erupsi tahun 1963. Pada intinya sejarah letusan sebelumnya, tetap kita gunakan dasar untuk mempelajari fase letusan saat ini. Secara umum fasenya memang mirib, cuma rentang waktu lava dalam memenuhi kawah ini yang ada perbedaan," jelasnya.
Sekitar pukul Pukul 14:41-14:59 Wita dan Pukul 16:26-16:50 Wita, alat seismograf PVMBG kembali merekam tremor overscale.
Tremor overscale tersebut merupakan kali ke-5 dan ke-6 setelah Gunung Agung mengalami krisis. (*)