Liputan Khusus

Sepenggal Kisah Punk Bali, Galang Dana Korban Gempa Lombok Hingga Aksi Tolak Reklamasi

"Rakyat sengsara, karena pemimpin yang bodoh...!!!" teriak vokalis Natterjack disambut ketukan drum bertempo cepat

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Dwi Suputra
Ilustrasi punk 

Kendati tahun 2015 Roy belum yakin 100 persen Teluk Benoa akan menang melawan investor, namun ia berpikir setidaknya tato tersebut menjadi catatan sejarah bagi dirinya beserta anak cucunya nanti bahwa ayah dan kakeknya dulu menolak reklamasi Teluk Benoa.

Selain gerakan BTR, Punk Reformasi juga kerap melakukan konser amal atau charity untuk mengumpulkan sumbangan guna membantu korban-korban bencana alam, seperti bencana Gunung Agung, dan gempa Lombok yang baru-baru ini terjadi.

Bahkan, apabila ada pihak tak berdaya yang memerlukan bantuan urgent, Punk Reformasi mengaku sempat beberapa kali memberikan bantuan.

"Misalnya kalau ada anak putus sekolah, kami bersama teman-teman mengumpulkan dana dan membantu. Meskipun tidak bisa mengatasi masalah mereka, setidaknya meringankan," tambah Jayak, vokalis Criminal Asholle.

Kepada para komunitas punk di seluruh Bali, khususnya yang masih muda, Jayak mengajak agar pilihan menjadi punk tidak lantas melupakan hal-hal lain, seperti tanggungjawab terhadap keluarga dan masyarakat terdekat di wilayah tempat tinggal.

"Kalau ada yang mengkritik, biarkan saja. Sebaliknya kita buktikan bahwa kita seperti ini tapi kita tanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat," harap Jayak. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved