Made Putra Kembangkan Bisnis Sedotan Berbahan Bambu

Orderan sedotan berbahan bambu ini mulai diterima sejak bulan Januari atau pasca ditetapkannya peraturan gubernur nomor 97 tahun 2018

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Made Putra Wisatawan menunjukkan sedotan berbahan bambu yang dibuatnya, Jumat (1/3/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Kebijakan baru untuk meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai, justru menjadi peluang tersendiri untuk meraup rezeki.

Salah satunya dimanfaatkan oleh Made Putra Wisatawan, pembuat sedotan (pipet) berbahan bambu.

Setodan berbahan bambu buatan Putra panjangnya mencapai 20 sentimeter hingga 21,5 sentimeter dengan diameter kisaran 0,7 sentimeter hingga 1 sentimeter.

Putra mengatakan, orderan sedotan berbahan bambu ini mulai diterima sejak bulan Januari atau pasca ditetapkannya peraturan gubernur nomor 97 tahun 2018.

Baca: Respon Tuduhan Terima Mobil dari ex-Calon Bupati PDIP, Mahfud: 15 Menit Lagi Kakek Lihat TV Ya

Baca: Melalui Penerawangan, Beby Djenar Sebut Syahrini & Reino Barack Bakal Dihantam Orang Ketiga

Walau demikian, orderan hingga kini terbilang masih minim.

"Kalau di Denpasar setahu saya ada. Tapi kemungkinan, kalau di Bangli baru saya yang buat, dan saya juga baru sekali terima orderan pembuatan sedotan bambu. Saat itu orderannya dari teman saya asal Ubud yang minta dibuatkan 600 pcs," ujar Putra saat ditemui di bengkel kerjanya, Jumat (1/3/2019).

Pembuatan sedotan bambu, diakui Putra cukup mudah.

Dalam satu hari, Putra yang dibantu seorang karyawannya bisa menyelesaikan 150 hingga 200 pcs sedotan bambu.

Satu bumbung sedotan bambu berisi 20 pcs.
Satu bumbung sedotan bambu berisi 20 pcs. (Made Putra)

Sebab itu, pengerjaan 600 pcs orderan kala itu hanya butuh waktu selama tiga hari.

Walau terbilang mudah, pengerjaan tetap membutuhkan kehati-hatian utamanya pada proses pemotongan.

Karena bahan baku sedotan bambu sengaja dipilih yang memiliki tekstur tipis sehingga rentan pecah.

Untuk diketahui, Bangli khususnya Desa Kayubihi, Kecamatan Kubu memang dikenal sebagai wilayah produksi bambu.

Baca: Damai & Hening, Rasakan Uniknya Nyepi di The ONE Legian Bali

Baca: Kontroversi Supersemar Yang Membuat Soekarno Disebut Merasa Dikibuli Soeharto

Namun demikian, bahan baku bambu dia dapatkan dari wilayah Desa Belega, Gianyar.

Alasan tidak menggunakan bahan baku dari Kayubihi, kata Putra lantaran bambu di Desa Kayubihi masih basah, sehingga memerlukan waktu untuk tahapan pengeringan.

Di lain sisi, terbatasnya lahan tidak memungkinkan dia untuk melakukan tahapan itu.

"Akhirnya saya pilih ambil di Desa Belega. Karena sudah kering dan siap pakai. Bisa jadi dia ambilnya dari Kayubihi," kelakarnya.

Baca: TRIBUN WIKI - 7 Makanan Khas yang Selalu Dijumpai saat Nyepi

Baca: Koster Siapkan Pergub Pengelolaan Sampah dari Hulu sampai Hilir, Solusi Masalah Penumpukan Sampah

Bahan baku, lanjut pria asal Banjar Nyalian, Kelurahan Kawan ini, dibeli seharga Rp 3 ribu dengan panjang mencapai tiga meter, serta bisa menghasilkan tujuh hingga delapan pcs sedotan.

Sementara harga jual satu bumbung berisi 20 pcs bambu, dihargai Rp 55 ribu.

"Itu sudah sekalian dengan tempatnya. Memang lebih mahal dari sedotan plastik, namun sedotan berbahan bambu ini awet, jadi bisa digunakan berulang kali. Cukup dicuci saja," ungkapnya.

Tak hanya sedotan berbahan bambu.

Baca: Bicara Opsi Kans Juara Bali United di Piala Presiden 2019, Begini Komentar Irfan Bachdim

Baca: Satpol PP Tertibkan Spanduk, Baliho dan APK Jelang Ritual Melasti Upacara Panca Wali Krama

Pria yang telah memulai usaha sejak tahun 2002 ini, telah mengembangkan berbagai produk rumah tangga lainnya yang juga berbahan bambu.

Seperti sendok, gelas, teko, mangkok, hingga nampan.

Pembuatan produk-produk ini diakui Putra bukan karena ada orderan, melainkan hanya sebatas iseng.

Paketan alat rumah tangga berbahan bambu mulai dari nampan, teko, gelaa, dan mangkok.
Paketan alat rumah tangga berbahan bambu mulai dari nampan, teko, gelaa, dan mangkok. (Made Putra)

"Penjualannya melalui facebook. Kalau dibeli per satuan harganya kisaran Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu. Seperti teko ini harganya Rp 100 ribu. Tapi kalau dibeli paket berupa satu teko, satu nampan, dua gelas, dua mangkok harganya Rp 250 ribu," bebernya.

Berlakunya pergub terhadap pembatasan timbulan sampah plasti sekali pakai tentunya menjadi sebuah harapan tersendiri bagi Putra, agar masyarakat turut mendukung gerakan memerangi sampah plastik.

Baca: Gelapkan Uang Perusahaan Rp 1,6 Miliar, Divonis 1,5 Tahun Dimitri Menerima

Baca: 3 Orang di Pasar Nyanggelan Panjer Jadi Korban Peredaran Uang Palsu, Aksi Ke-4 Kakek Ini Terbongkar

Di satu sisi, ia juga berharap agar pemerintah kabupaten segera mengaplikasikan pergub tersebut di wilayah Bangli.

"Tentunya dengan penerapan pergub itu, timbulan sampah plastik di Bangli bisa diminimalisir. Di samping itu, juga salah satu upaya membantu kami para pelaku UKM (usaha kecil menengah) untuk lebih berkembang," tandasnya.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved