Ketika Semuanya Hening Dan Tanpa Gerak, Inilah Hari Suci Nyepi di Bali

Kalau sempat berkunjung ke salah satu kota di Bali pada hari Raya Nyepi itu, Anda akan merasakan suasana yang lain dari biasa.

Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/ Rizal Fanany
Suasana di kawasan lapangan Puputan Badung, Denpasar, Bali 

Mengawasi dan “menghalau masuk” warga atau orang asing yang kedapatan melanggar ketentuan adat, tidak boleh keluar dari tempat tinggal.

Nyaris tanpa gerak dan suara

Hari yang dirayakan sebagai hari raya Nyepi itu merupakan hari pertama alias awal tahun baru Saka 1 Waisakha. 

Hari raya ini menjadi unik, karena tahun baru ini tidak dirayakan di India, tempat lahirnya agama ini, atau di Nepal, satu-satunya negara Hindu di dunia.

Namun tidak berarti perayaan Nyepi melanggar akidah, karena pelaksanaan ajaran agama Hindu yang disesuaikan dengan kekayaan tradisi setempat malah dianjurkan.

Nyepi membawa misi menjadikan alam semesta bersih, serasi, selaras, dan seimbang bagi kesejahteraan umat manusia.

Di tengah keheningan alam itu, seluruh umat Hindu mengurung diri di rumah atau di tempat-tempat suci tanpa melakukan apa-apa yang berbau duniawi.

Yang mereka lakukan semata- mata hanyalah menyepi, menyendiri, merenung tentang alam semesta tempat hidupnya, tentang hubungan antarmanusia, tentang hubungannya dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan).

Mereka seakan-akan mementaskan "teater" mahadahsyat.

Selama 24 jam penuh manusia diajak menikmati alam dalam suasana hening tanpa suara, tanpa gerak, dan tanpa cahaya. 

Manusia diajak untuk berada dalam kehampaan, mendengar keheningan, serta menatap kegelapan dalam suasana nir, suasana "tanpa".

Seluruh umat Hindu juga memanfaatkan hari itu untuk menyucikan diri dari segala kotoran duniawi.

Itu ditempuh dengan melakukan tapa (mengekang indera), brata (taat pada janji melaksanakan yoga), yoga (menyatukan diri dengan Tuhan), dan semadhi (memusatkan pikiran untuk mencapai kebahagiaan sejati).

Bersamaan dengan itu umat mengevaluasi perilaku diri sendiri sepanjang tahun lalu.

Apakah segala tindak-tanduk telah sesuai dengan dharma (ajaran agama)? Apakah artha (kekayaan) telah diperoleh dengan cara dharma dan untuk memperkokoh dharma? 

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved