Ketika Semuanya Hening Dan Tanpa Gerak, Inilah Hari Suci Nyepi di Bali
Kalau sempat berkunjung ke salah satu kota di Bali pada hari Raya Nyepi itu, Anda akan merasakan suasana yang lain dari biasa.
Apakah kama (kesenangan) yang telah dinikmati juga berlandaskan dharma? Kalau ada yang tidak sesuai dengan dharma, tentunya mesti ditinggalkan.
Sebaliknya, yang sesuai dengan dharma sebisa mungkin dilanjutkan.
Supaya perenungan berjalan dengan baik, umat melaksanakan brata penyepian, yang meliputi amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melakukan kegiatan duniawi), amati lelangunan (tidak mencari kesenangan duniawi), dan amati lelunganan (tidak bepergian).
Pelaksanaan brata penyepian bagi umat Hindu di luar Bali agak berbeda.
Bagaimana mungkin mematikan penerangan di rumah tetangga, melarang kendaraan berlalu-lalang, meminta tetangga tidak membunyikan radio, tape recorder, atau TV? Karena itu pelaksanaan brata penyepian hanya sebatas di tempat tinggalnya sendiri.
Usai melaksanakan brata penyepian selama 24 jam penuh, seperti layaknya umat Islam di hari raya Idul Fitri, mereka bersilaturahmi saling memaafkan.
Kegiatan itu dikenal ngembak agni, labuh brata, atau labuh puasa. Sejak itu warga Hindu memasuki hidup baru.
Menyucikan alam dan isinya
Tak beda dengan hari raya Hindu lainnya, hari raya Nyepi tak lepas dari serangkaian upacara sebagai perwujudan harmonisasi manusia secara vertikal dengan Tuhan, dan horizontal dengan sesama dan seisi alam.
Menyongsong datangnya hari raya Nyepi, dilangsungkan upacara bhuta yadnya, persembahan korban suci untuk membersihkan alam beserta isinya dari pengaruh jahat.
Upacara ini merupakan salah satu dari panca yadnya (lima korban suci), di samping untuk Tuhan dengan segala manifestasinya yang disebut Dewa (dewa yadnya), untuk leluhur atau orangtua (pitra yadnya), untuk Rsi atau guru spiritual (rsi yadnya), dan untuk sesama (manusa yadnya).
Rangkaian upacara bhuta yadnya dimulai 3 hari sebelum Nyepi.
Yang pertama, upacara melasti.
Kontras dengan suasana Nyepi, pada upacara melasti - juga jamak disebut meliis atau mekiyis - umat Hindu melakukan prosesi meriah ke laut atau mata air yang dianggap suci.
Tempat-tempat itu dipercaya sebagai tempat ditemukan amerta (anugerah kehidupan).