Sindrom Patah Hati Ternyata Memiliki Gejala yang Mirip dengan Serangan Jantung, Seperti Sesak Napas
Sindrom patah hati, atau kardiomiopati takotsubo, terjadi ketika otot jantung tiba-tiba melemah dan menyebabkan jantung berubah bentuk.
Artinya, jika koneksi-koneksi itu jarang maka wilayah-wilayah otak yang berbeda tidak dapat berkomunikasi dengan cukup baik untuk membentuk suatu tindakan, seperti respons yang tepat terhadap situasi yang penuh tekanan.
Baca: Curhat Sedih Luna Maya Saat Patah Hati, Ini 5 Cara Mengetahui Besarnya Cinta Pasangan
Baca: Sakitnya Patah Hati Ibarat Pecandu Heroin yang Berjuang Mati-matian Berhenti dari Ketergantungan
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa aktivitas abnormal pada amigdala khususnya - area otak yang terlibat dengan rasa takut - telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Namun, Ghadri menuturkan, seberapa sedikit obrolan di antara wilayah-wilayah ini yang mengarah pada perubahan karakteristik sindrom patah hati masih belum diketahui.
Sayangnya, para peneliti juga tidak memiliki scan otak pasien sebelum mereka mengembangkan sindrom patah hati.
Ini membuat mereka tidak dapat mengatakan apakah komunikasi yang menurun mungkin mendorong sindrom patah hati atau jika perkembangan sindrom tersebut mendorong penurunan komunikasi di otak.
Baca: Mengenal Sindrom Patah Hati, Lebih Sering Menyerang Wanita tapi Lebih Fatal jika Menyerang Pria
Ghadri mengatakan dia berharap bahwa penelitian di masa depan akan dapat menguraikan temuan ini dan membantu dokter memahami siapa yang berisiko mengalami sindrom patah hati dan mengapa.
Tetapi, setidaknya kini kita tahu bahwa sindrom patah hati "jelas melibatkan interaksi antara otak dan jantung," kata Ghardi. Ini sebenarnya adalah sindrom otak-jantung.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan Hanya Kehilangan, Sindrom Patah Hati Juga Berasal dari Otak", https://sains.kompas.com/read/2019/03/07/150200723/bukan-hanya-kehilangan-sindrom-patah-hati-juga-berasal-dari-otak.