17 Tahun Autopsi Mayat Berbagai Kasus di Bali, Dokter Dudut Rustyadi Pernah Alami Hal Mistis?
17 Tahun Autopsi Mayat Berbagai Kasus di Bali, Dokter Dudut Rustyadi Pernah Alami Hal Mistis?
Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Aloisius H Manggol
"Memang saya niatnya itukan untuk menolong ya dalam artian itu tidak banyak kan dokter yang berkecimpung di bidang forensik ini," katanya.
17 tahun telah berlalu ada beberapa hal menurutnya yang menjadi suka duka saat menjalani profesi ini.
"Sukanya saya adalah ketika memeriksa, mengautopsi. Nah dari sana memudahkan penyidik untuk mengungkap kasusnya, bahkan bisa membantu memprofil pelakunya. Itu tentu menjadi kepuasan tersendirilah ya, kita bisa memberikan haknya dia sebagai korban, supaya pelakunya bisa diusut sesuai peraturan," jelasnya.
Selain suka, ia juga mengalami duka.
"Dukanya itu ketika kita ketemu sama orang yang skeptis gitu. Dikatain wah ini dokter mayat, ngobok-ngobok mayat, padahal sesungguhnya yang namanya teknik autopsi itu tidak gampang, saya sekolah loh tiga tahun, ada tekniknya loh autopsi itu tergantung kasus yang ditangani. Itu semua ada ilmunya gak sembarangan. Saya sebel juga," ujarnya.
Bagaimana Cara Mengautopsi Mayat? Ini Penjelasan dr Dudut Rustyadi
Autopsi kerap dilakukan untuk mengetahui penyebab seseorang meninggal.
Sejak bertugas pada tahun 2002, dr. Dudut Rustyadi selaku Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah telah mengautopsi ratusan mayat yang masuk ke KMJ RSUP Sanglah.
Ia mengatakan ada beberapa tahap yang dilakukan untuk mengautopsi mayat.
"Ada tiga tahap yang dilakukan, pertama melakukan Pemeriksaan Luar (PL) jenazah, nah di sini hanya mencatat saja. Namanya juga pemeriksaan luar artinya jenazahnya cuma diliat dan diperiksa secara utuh tanpa manipulasi atau merusak jaringan," kata dia saat ditemui oleh Tribun Bali di ruangannya, Selasa (27/8/2019).
Jika sudah melakukan pemeriksaan luar, maka yang selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan dalam.
"Kalau sudah selesai baru kita lakukan pemeriksaan dalam, atau autopsi. Nah itu yang dibedah mulai dari kepala, leher, dada, perut, dan panggul," jelasnya.
"Nah dengan dibedah kita periksa, ada yang periksa di dalam ada yang harus dikeluarkan. Nah setelah itu kita jahit dan kembalikan lagi," tambahnya.
Kalau dengan pembedahan tadi belum bisa ditemukan penyebab kematiannya, maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya uji laboratorium.
Pemeriksaan penunjang ini adalah tahap yang terakhir dalam proses autopsi.