Pelajar Terlibat Bentrok Dimediasi Kepolisian, Diminta Tandatangani Surat Pernyataan
Para pelajar berasal dari dua desa berbeda kabupaten, yakni dari Banjar Delod Yeh, Desa Talibeng, Sidemen, Karangasem dan di Desa Besan Klungkung.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA- Satreskrim Polres Klungkung, Senin (14/10/2019), melakukan mediasi terhadap dua kelompok pelajar yang nyaris bentrok di Desa Manduang, Sabtu malam (12/10/2019).
Tiga belas pelajar tersebut diminta membuat surat pernyataan, untuk tidak lagi mengulangi perbuatannya.
Para orangtua pelajar ini sudah berada di Sat Reskrim Polres Klungkung, sekitar pukul 10.00 Wita.
Mereka berasal dari dua desa berbeda kabupaten, yakni dari Banjar Delod Yeh, Desa Talibeng, Sidemen, Karangasem dan di Desa Besan Klungkung.
"Hari ini kami lakukan mediasi dan meminta mereka menandatangani surat pernyataan, agar tidak lagi mengulangi perbuatannya," ujar Kasat Reskrim Polres Klungkung AKP Mirza Gunawan, Senin (14/10/2019).
Pelajar yang terlibat, ternyata tidak hanya siswa SMP maupun SMK. Satu di antaranya bahkan masih kelas VI SD.
• Timnas Indonesia vs Vietnam di Stadion Dipta, Irfan Bachdim Optimistis: Ini Kota Saya
• Satgas Saber Pungli Bali Terima 70 Aduan, Penyelenggaraan PPDB Terbanyak Diadukan
"Saya tidak menyangka anak saya juga terlibat. Anak saya masih SD, belum mengerti apa-apa," ujar Komang Wirna, warga Desa Talibeng yang anaknya ikut diamankan polisi akibat peritiwa tersebut.
Beberapa siswa mengaku sangat menyesal dengan kejadian tersebut. Seperti yang diungkapkan seorang pelajar I Putu Y (15).
Siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Dawan itu, mengaku ikut-ikutan karena ingin membantu temannya. Namun ia menyesal, karena urusannya sampai ke kepolisian.
"Saya menyesal, karena ditangkap polisi. Sepeda motor juga ditahan polisi," jelasnya.
Putu Y menceritakan, sebelum kejadian itu dirinya kumpul bersama teman-temannya di area parkir Jagatnata Klungkung.
Ia lalu menerima informasi melalui pesan whatsapp, jika temannya ada masalah dan akan berkelahi.
"Awalnya kesepakatan berantem di setra Desa Paksebali, tapi karena kebetulan ramai kami pindah ke jembatan di dekat setra Desa Manduang," ungkap Putu Y.
• Jambret Tas Made Temi Saat Melintas di Jalan Gempol, Pria Ini Diciduk Saat Jualan Telur Gulung
• Kenyataan Pahit Janda Beranak 2, Dirampok Saat Sendiri di Rumah, Uang Biaya Nikah Anak Raib
Namun ketika itu, ada 8 warga dari desa Manduang memergoki mereka. Dua kelompok pelajar yang awalnya berjumlah puluhan, kabur dan 13 di antaranya berhasil diamankan.
"Saat itu kami dimarah. Katakan jika sampai ada pertumpahan darah, harus mecaru sampai Rp 150 juta," jelasnya.