Buku Bojog dan Merayakan Ingatan Dibedah di SMA Bali Mandara
Di mana ada seseorang yang bisa memenangkan gugatan kepemilikan tanah melawan masyarakat banjar. Selain itu ada pula kisah seorang lelaki yang
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA- Dua buku dibedah atau didiskusikan di SMAN Bali Mandara pada Sabtu (19/10/2019).
Kedua buku tersebut yakni buku berbahasa Bali berjudul Bojog lan Joged Lua Ane Setata Ngantiang Ulungan Bulan Rikala Bintange Makacakan di Langite karya I Putu Supartika dan Merayakan Ingatan karya dr. Putu Arya Nugraha.
Sebagai pendiskusi yakni sastrawan Made Adnyana Ole.
Made Adnyana Ole mengatakan buku Bojog mengangkat kisah-kisah yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.
Ia memisalkan ada cerita yang mengangkat tentang konflik adat yang ada di Bali.
• Air Terjun Tak Jatuh ke Bawah, 5 Tempat di Dunia Ini Tak Berlaku Hukum Gravitasi
• Pasek Wijaya Ikuti Pelatihan Lisensi Pelatih AFC B di Yogyakarta
Di mana ada seseorang yang bisa memenangkan gugatan kepemilikan tanah melawan masyarakat banjar.
Selain itu ada pula kisah seorang lelaki yang mengasah parang di malam hari.
Juga tentang kelompok joged yang kurang laku memilih ikut membuat joged porno.
"Namun dalam cerita-cerita ini tak ada tokoh hitam putih, baik jahat, semua abu-abu dan menggantung sehingga dibiarkan pembaca yang menafsirkan," katanya.
Sementara itu, buku Merayakan Ingatan memuat kisah-kisah pengalaman penulisnya saat menjadi dokter di Kalimantan.
Kisah-kisah unik maupun lucu diangkat ke dalam buku.
• Bupati Kebut DED Danau Buyan, Diproyeksi Jadi Wisata Alam Tahun Depan
• Dari Diskon hingga Cashback, Honda Kuta Raya Tawarkan Berbagai Promo Menarik
"Sebagai dokter yang pernah tugas di pedalaman, Pak Dokter Arya mengangkat kisah-kisah yang unik dan lucu," katanya.
Sementara itu, penulis Merayakan Ingatan, Putu Arya Nugraha mengatakan menulis merupakan fashion atau panggilan hati.
Walaupun dia menjadi dokter namun ia ingin kisah-kisah unik yang dialaminya tak terlupakan dengan menuliskannya menjadi buku.
"Saya lima tahun di pedalaman Kalimantan dan saya menikmatinya. Sehingga saya tak ingin kisah-kisah itu hilang," katanya.
Kepala SMAN Bali Mandara, I Nyoman Darta mengatakan pelaksanaan bedah buku ini merupakan implentasi dari kegiatan GLS (Gerakan Literasi Sekolah).
Menurutnya menulis merupakan gerakan yang tak akan berhenti. (*)