Air Tukad Badung Merah Darah
Limbah Usaha Sablonnya Membuat Tukad Badung Merah Darah, Ini Pengakuan Nurhayati
Petugas terkait langsung bergerak cepat melakukan penyelidikan terkait penyebab memerahnya air sungai mendadak ini.
Penulis: eurazmy | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Air sungai Tukad Badung yang semula berwarna hijau kecoklatan mendadak memerah, Selasa (26/11/2019).
Tak ayal, fenomena ini langsung viral dan menjadi perbincangan hangat warga Kota Denpasar di berbagai akun media sosial.
Mengetahui hal ini, petugas terkait langsung bergerak cepat melakukan penyelidikan terkait penyebab memerahnya air sungai mendadak ini.
• Usaha Sablon Yang Sebabkan Tukad Badung Berwarna Merah Darah Bisa Ditutup, Ini Kata Satpol PP
• Tukad Badung Berwarna Merah Seperti Darah, Satpol PP Amankan Pengusaha Sablon di Pulau Misol

Cepat, Satpol PP Denpasar pun langsung mengamankan Nur Hayati, seorang pengusaha tekstil celup polos di bilangan Jalan Pulau Misol I, No 23 Denpasar, Bali.
Begitu juga dengan Satgas DLHK Denpasar, turut melakukan uji laboratorium dan menyelidiki sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kediaman pelaku.
Saat didatangi petugas DLHK dan Perbekel Desa, Nur Hayati pun tak bisa berbuat banyak.
Dirinya berjanji tak lagi memproduksi jika belum memiliki sistem IPAL yang baik.
Wanita asal Pekalongan ini mengaku sebelumnya tidak pernah memproduksi kain celup ini di lokasi kediaman yang sudah ditinggalinya sejak 2005 silam tersebut.

Di sana, kata dia, hanya dimanfaatkan sebagai gudang kain celup sebelum didistribusikan.
''Tumben-tumben juga ini produksi karena ada pesanan mendadak warga buat seragam. Sebelumnya memang saya tidak pernah produksi, saya jualan aja,'' katanya kepada petugas.
Namun dia lupa, bahwa dirinya tidak memiliki sistem IPAL yang baik dan akhirnya limbah ini dialirkan ke sungai.
''Iya saya tidak perhitungkan itu. Kalau produksi di Jawa ya biasanya langsung saya alirkan ke sungai gitu,'' katanya.
Ia mengaku sedang membuat 200 kain celup semalam, namun dampak limbahnya cukup tinggi.
Pantauan Tribun Bali, hingga saat ini kondisi air sungai yang tercemar ini masih berwarna merah dan limbah ini terus mengalir.
Belum ada terlihat hewan atau ikan di sungai yang terdampak limbah ini.