4 Kucit Bantuan Desa Manistutu Jembrana Mati, Keswan Sebut Mati Karena Diare Bukan Virus ASF

Saat merebaknya isu virus ASF yang belum ada vaksinnya mulai menyerang babi di Indonesia, empat kucit bantuan APBDes 2019 di Jembrana mati mendadak.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Meika Pestaria Tumanggor
Tribun Bali/ I Made Ardhiangga
Kucit di Banjar Benel yang masih hidup milik salah seorang warga, Selasa (10/12/2019) 

"Pada awal sebelum didistribusikan, Keswan mengumpulkan atau kucit dijadikan satu koloni. Kemudian, disuntik dan sudah ada pengecekan dokter hewan. Ini memang pengetahuan warga kurang baik. Ketika sudah diketahui sakit tidak ada pelaporan. Padahal sudah ada imbauan supaya melaporkan jauh sebelum kejadian," tegasnya.

Perbekel terpilih Desa Manistutu, Komang Budiana mengaku, pihaknya akan berupaya untuk mengganti kucit.

Dana yang digunakan nantinya ialah dana penyedia.

Sesuai kesepakatan, memang penyedia akan mengganti kucit yang mati.

Namun, perlu diketahui bahwa kucit yang akan didistribusikan ke warga, memilih standardisasi.

"Kami masih menunggu untuk bobot kucit. Standarnya memang berat bibit harus 10 kilogram," ungkapnya.

Ia menambahkan, program pertama kali ini dibangun dengan alasan sistem ovop (one village one product).

Di mana nantinya, Manistutu bisa menjadi penghasil ternak babi.

Hasilnya nanti kembali kepada warga.

UPDATE Perolehan Medali SEA Games 2019, Vietnam Gusur Thailand, Indonesia Posisi Keempat

Latihan Selama Setahun, Atlet Judo Asal Bali Gede Ganding Persembahkan Medali Emas di SEA Games 2019

Buntut Injakan Pemain Vietnam, Evan Dimas Pakai Kursi Roda Saat Ambil Medali SEA Games 2019

Apalagi, Manistutu masih memiliki peringkat dengan KK miskin yang mencapai 182 KK.

"Jadi kami berniat untuk berdaya saing. Nanti harapannya BUMDes yang akan menampung kucit untuk kemudian dijual. Dan hasilnya kembali ke warga dan bisa untuk dikembangkan hingga akhirnya diberikan ke warga yang kurang mampu," bebernya.

Terpisah, Kasi Keswan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, drh IGNB Rai Mulyawan mengatakan, pengecekan kucit ini berdasarkan surat permohonan Pj Perbekel Manistutu.

Pihaknya melaksanakan pelayanan Keswan terhadap sebagian ternak dimaksud berdasarkan laporan medik dari dokter hewan di Puskeswan Melaya yang melakukan investigasi. Hasilnya, kucit tersebut mati karena diare.

"Diare dan dehidrasi. Seharusnya bukan menggunakan makanan tradisional atau makanan cair. Sebetulnya diberikan sentrat atau makanan padat. Jadi untuk awal harusnya seperti itu," bebernya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved