Warga Ringdikit Buleleng Ancam Demo, Krisis Air Bersih Karena Air PDAM Mati Sejak Sebulan Lalu

Kendati sudah memasuki musim hujan, sekitar 2.000 warga di Desa Ringdikit Buleleng, masih kesulitan mendapatkan air bersih, ini disebabkan air mati

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Krisis Air - Made Murni, warga Banjar Kawan, Desa Ringdikit, Seririt, Buleleng, Bali, menampung air suplai dari truk PDAM, Minggu (5/1/2020). Warga Ringdikit Buleleng Ancam Demo, Krisis Air Bersih Karena Air PDAM Mati Sejak Sebulan Lalu 

Warga Ringdikit Buleleng Ancam Demo, Krisis Air Bersih Karena Air PDAM Mati Sejak Sebulan Lalu

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Kendati sudah memasuki musim hujan, sekitar 2.000 warga di Desa Ringdikit, Seririt, Buleleng, Bali, masih kesulitan mendapatkan air bersih.

Kondisi ini mereka rasakan sejak satu bulan lalu.

Seperti yang dikeluhkan Made Murni, warga Banjar Kawan, Desa Ringdikit.

Wanita berusia 65 tahun ini mengaku sudah satu bulan harus mandi dan cuci baju di sungai yang jaraknya sekitar 700 meter dari rumahnya, lantaran air PDAM mati.

Untuk keperluan memasak menggunakan bantuan air yang disuplai dengan truk tangki milik PDAM.

"Sudah satu bulan airnya mati. Kalau bayar tetap saja mahal sekitar Rp 60 ribu. Karena krannya sempat saya buka terus mau ngecek airnya sudah nyala atau belum. Ternyata yang keluar hanya angin, bukan air. Mungkin itu penyebabnya saya jadi mahal bayar air," keluhnya.

Murni mengatakan, suplai air bersih ini memang rutin diberikan pihak PDAM.

5 Manfaat Minum Kopi Tanpa Gula, Bantu Menurunkan Risiko Diabetes Hingga Kanker

Bingung Mau Liburan Kemana di Tahun 2020 ? Rekomendasi Destinasi Wisata untuk Long Weekend 2020

Dalam sehari, sekitar dua truk tangki air bersih diturunkan.

Namun jatah untuk masing-masing kepala keluarga hanya dua hingga tiga ember.

"Cukup untuk memasak saja. Kalau minum terpaksa beli galon sehari Rp 12 ribu. Kalau buang air, mandi dan nyuci di telabah (sungai)," terangnya.

Kondisi sama, dikeluhkan warga Banjar Dinas Kelodan, Putu Suwiyasa (35).

Ia sudah berulang kali protes ke PDAM.

Suwiyasa mengaku mendapat jawaban, karena ada perbaikan pipa hingga menurunnya debit air.

"Katanya karena masih memakai sistem gravitasi, sehingga air tidak bisa masuk ke desa kami. Tapi logikanya di desa tetangga yang ketinggiannya hampir sama, air terus saja mengalir," ucapnya.

Bila dalam lima hari ke depan PDAM tidak mampu menangangi kondisi ini, Suwiyasa mengancam akan melakukan demo bersama warga lainnya yang terdampak.

Ria Irawan Meninggal Dunia Pukul 04.00 Shubuh di RSCM, Ini Riwayat Penyakit Kanker yang Dideritanya

Di Era Digital, 8 Profesi Ini Masih Sangat Dibutuhkan Tahun 2020, Berminat Menggelutinya?

"Yang terdampak itu di Banjar Kawan, Kajanan dan Kelod, sekitar 2.000 warga. Kami mau lihat dulu bagaimana pergerakan aparat desa dan pihak PDAM. Kalau tidak ada tindakan untuk menangani masalah ini, tanggal 10 nanti kami semua akan demo," katanya.

Dirut PDAM Buleleng yang kini disebut Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng, Made Lestariana yang dikonfirmasi mengklaim, kondisi ini terjadi karena adanya pipa transmisi dari sumber air di Desa Bestala dan Rangdu yang berfungsi untuk mengalirkan air ke Desa Ringdikit bocor.

Disamping itu, debit air juga menurun hingga 25 persen.

"Posisi Desa Ringdikit itu memang hampir sejajar dengan reservoirnya. Karena masih menggunakan sistem gravitasi, sehingga air itu mengalir dulu ke daerah yang lebih rendah. Sementara di Ringdikit, saat jam-jam puncak pasti mati. Kalau malam air jarang ada yang pakai, baru airnya bisa menyala di Ringdikit," jelasnya.

Lestariana menyebut, pihaknya sudah memberikan solusi jangka pendek, berupa memberikan pelayanan melalui truk tangki gratis.

Sementara untuk solusi jangka panjang, pihaknya saat ini sedang membangun reservoir di wilayah Desa Rangdu.

"Mudah-mudahan dalam waktu cepat reservoir di Rangdu selesai dibangun, agar cepat bisa melayani masyarakat di Desa Ringdikit. Kami juga saat ini sedang memperbaiki pipa-pipa yang bocor itu," tutupnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved