Ini Alasan Wagub Bali Tolak Permintaan Timor Leste Soal Karantina Mahasiswa yang Pulang dari China
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati memberi sinyal menolak permintaan pemerintah Timor Leste menjadikan Bali sebagai lokasi karant
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ady Sucipto
Cok Ace mengatakan, pemerintah membutuhkan data siapa saja wisatawan Tiongkok tersebut dan di mana lokasi tinggalnya.
Data diperlukan untuk keputusan, misalnya menambah penerbangan dari Bali ke Tiongkok.
"Dan tidak menutup kemungkinan masih ada wisatawan yang tercecer di Bali karena mereka belum mendengar informasi," kata dia.
Guna mendata wisatawan Tiongkok di Bali ini, kata Wagub Cok Ace, pihaknya langsung bergerak dari hotel ke hotel, vila, travel agent dan seluruh pemangku kepariwisataan.
Wagub membuat asumsi berdasarkan data Badan Pusat Statistik bahwa rata-rata wisatawan Tiongkok yang datang ke Bali tinggal selama empat hari.
Jumlah kedatangannya kurang lebih 1.200 orang.
Mengacu pada asumsi itu, yang akan kembali ke negaranya adalah mereka yang datang pada 1 Februari 2020.
Penundaan penerbangan diprediksi menimpa wisatawan Tiongkok yang datang mulai tanggal 2 hingga 3 Februari 2020.
Jika rata-rata wisatawan Tiongkok yang datang per hari itu 1.200 orang dikali 3 hari maka akan ada 3.000 hingga 4.000 wisatawan yang akan tercecer di Bali.
"Inilah yang harus kita pikirkan bagaimana memberangkatkan mereka," jelasnya.
Selain wisatawan, Cok Ace mengaku masih memikirkan tenaga kerja asal Tiongkok yang sudah beberapa minggu atau berbulan-bulan ada di Bali.
"Ini yang saya belum dapat jawabannya," kata tokoh Puri Ubud itu.
Mengenai penerbangan tambahan, kata Cok Ace, sudah ada tawaran dari Konsul Jenderal Tiongkok di Denpasar Gou Haodong.
Pihak Tiongkok akan menjemput langsung warga negaranya di Bali jika memang dibutuhkan.
Ketua PHRI Bali itu mengatakan, mengurus masalah wisatawan Tiongkok itu harus bijak.