Basarnas Bali Tingkatkan Koordinasi Dengan KSOP Benoa, Tangani Kapal Nelayan yang Tidak Lengkap
Basarnas Bali Tingkatkan Koordinasi Dengan KSOP Benoa Tangani Kapal Nelayan Yang Tidak Dilengkapi Alat Keselamatan
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Basarnas Bali melakukan kunjungan kerja ke KSOP (Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan) Kelas II Benoa, Selasa (4/2/2020).
Gede Darmada selaku Kepala Kantor Basarnas Bali yang didampingi Kepala Seksi Sumber Daya, Kepala Seksi Kesiapsiagaan dan Operasi SAR serta Kapten KN SAR Arjuna 229 tiba di Kantor KSOP Benoa, Bali.
Kepala KSOP Kelas II Benoa, Agustinus Maun langsung menerima kunjungan kerja tersebut.
Dalam kesempatan tersebut Gede Darmada membahas tentang keselamatan pelayaran terutama kapal-kapal nelayan.
• Impor dari China Ditutup, Bali Terancam Kekurangan Bawang Putih
• Pos Pencarian dan Pertolongan Kabupaten Jembrana Cari Relawan Penyelamatan Orang Tenggelam
• 20 Persen Desa di Bali Masuk Zona Bahaya, BPBD Bali Terus Berupaya Membangun Kesadaran Bencana
Dimana kapal-kapal itu biasanya tidak dilengkapi dengan peralatan emergency seperti misalnya Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB).
Alat ini memiliki fungsi yang sangat krusial apabila terjadi keadaan darurat.
EPIRB merupakan perangkat elektronik pemancar sinyal mara bahaya yang terpasang di kapal untuk diaktifkan apabila dalam situasi mengancam keselamatan sehingga petugas penyelamat dapat segera menemukan titip lokasi dan memberikan pertolongan.
"Kesadaran ini kurang dimiliki oleh kapal-kapal nelayan, namun untuk kapal pariwisata umumnya telah dilengkapi dengan EPIRB," ungkap Darmada.
Dari data yang dimiliki KSOP bahwa tercatat ada kurang kebih 980 kapal nelayan yang ada, itupun jumlahnya berangsur berkurang seiring diperketatnya aturan oleh KSOP.
Agustinus Maun memiliki harapan yang sama untuk kualitas keselamatan pelayaran kapal kecil nelayan yang sulit terpantau.
Menurutnya, minimal kapal harus terpasang dengan Automatic Identification System (AIS), untuk pelayaran jarak dekat.
Beragam upaya telah dilakukan untuk meminimalisir kejadian nelayan hilang ataupun kecelakaan pelayaran.
Kedepannya Basarnas bersama KSOP akan terus bersinergi untuk mensosialisasikan terkait keselamatan pelayaran.
"Kami sering kali kesulitan mengetahui posisi kejadian karena kapal tersebut tidak dilengkapi EPIRB, seperti kejadian yang baru ini, ada seorang nelayan hilang saat melaut karena alami mati mesin, beruntung ada kapal lain yang menemukannya dalam keadaan selamat," imbuh Darmada.
Namun yang sering menjadi kendala adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli EPIRB, dimana harganya tidaklah murah.