20 Persen Desa di Bali Masuk Zona Bahaya, BPBD Bali Terus Berupaya Membangun Kesadaran Bencana

20 Persen Desa di Bali masuk Zona Bahaya, Dari 716 desa atau keluarahan di Bali, 153 atau 20 persen diantaranya masuk dalam bahaya.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Dokumentasi BPBD Bali
Foto Sosialisasi dan edukasi penanggulangan bencana BPBD Bali 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Bali nampaknya menjadi salah satu pulau di Indonesia yang masuk dalam zona bahaya terhadap bencana.

Hal itu dibuktikan dari adanya desa-desa yang masuk dalam kategori zona bahaya di Pulau Dewata.

Dari 716 desa atau keluarahan di Bali, 153 atau 20 persen diantaranya masuk dalam bahaya.

Bahkan 44 dari 153 desa atau kelurahan tersebut masuk dalam kategori bahaya tinggi.

Turis China di Bali Diperkirakan 5.000 Orang, Konjen China Sebut 200 Diantaranya Berasal dari Wuhan

Fakta Terbaru, King of The King Dony Pedro Ternyata Anggota TNI Aktif

Sekda Gianyar Desak Hasil Lab Babi, Jumah Babi Mati di Gianyar Bertambah

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin mengatakan, berangkat dari fenomena itu pihaknya mengaku terus berupaya membangun kesadaran tentang bencana.

Menurutnya, pelibatan masyarakat sejak perencanaan sangat penting, baik pada fase pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

“Kesiapsiagaan bencana di negara ini hanya bisa dijawab dengan ketangguhan masyarakat. Di ketangguhan itu terjadi bila ada kesadaran kolektif. Salah satu upaya membangun kesadaran kolektif ini adalah dengan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat secara berkelanjutan,” jelasnya melalui keterangan tertulis yang diterima Tribun-Bali.com, Selasa (4/2/2020).

Dijelaskan olehnya, meskipun jenis bencana geologi seperti gempa bumi dan tsunami relatif jarang terjadi, namun bila terjadi akan berdampak masif, baik ittu korban manusia maupun materiil.

Ia berkata, hal yang perlu digaris bawahi, bahwa memang gempa bumi dan tsunami jarang terjadi, tetapi hingga kini belum ada yang bisa mengetahui pasti kapan akan terjadi.

Oleh karena itu, kesiapsiagaan seluruh komponen masyarakat menjadi penentu seberapa besar risiko dapat dikurangi.

Dirinya menyatakan, pada era digital ini, sangat mudah masyarakat mengakses pengetahuan kebencanaan.

Bahkan menurutnya, media massa hampir setiap hari pemberitaan masalah bencana.

Artinya pengetahuan kebencanaan sebenarnya sudah cukup baik.

Namun yang sering menjadi kendala adalah pengetahuan kebencanaan itu belum menjadi kesadaran kolektif, baik dilevel komunitas atau masyarakat, dunia usaha bahkan di level aparatur pemerintah sekalipun termasuk di pemerintahan desa.

"Adanya aksi-aksi nyata untuk kesiapsiagaan, biasanya terjadi apabila tumbuhnya kesadaran. Bila hanya sekedar tahu, cenderung tidak berhasil mendorong aksi nyata,” katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved