Teater Topenk Pentaskan Kisah Perang Ilmu Magis “Togog”, Wakasek SMA Negeri 2 Denpasar Terharu
Teater Topenk SMA Negeri 2 Denpasar menampilkan pementasan teater bertajuk “Togog” di Ksirarnawa
Penulis: Ni Kadek Rika Riyanti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Kadek Rika Riyanti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Teater Topenk SMA Negeri 2 Denpasar menampilkan pementasan teater bertajuk “Togog” di Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa (4/2/2020).
“Jika menekuni sesuatu ataupun mengerjakan tugas, lakukanlah dengan serius hingga tuntas. Sebagai seorang anak muda, tidak boleh gegabah mengambil keputusan.”
Begitulah pelajaran yang dapat dipetik dari pementasan teater bertajuk “Togog” yang dibawakan Teater Topenk SMA Negeri 2 Denpasar di Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa (4/2/2020).
Pementasan teater “Togog” ini merupakan serangkaian pementasan yang dijadwalkan pada Festival Bulan Bahasa Bali 2020 hari ke-3 setelah sebelumnya SMA Negeri 1 Denpasar membawakan pertunjukan Katemu Ring Tampaksiring.
• Sosok Dony Pedro King of The King Terungkap, Kadispenad Sebut TNI Aktif Berpangkat Lettu
• 15 Angkot Trans Serasi di Tabanan Dilengkapi AC, Layanan Angkutan Siswa Gratis Sempat Molor Sebulan
• Kisah Pilu Suami Yang Menderita Karena Rindu, 17 Tahun Tidur Dengan Jenazah Istri Yang Diawetkan
Pementasan Togog yang dibawakan sekolah yang dikenal dengan sebutan Re’sman ini merupakan sebuah cerita pendek (cerpen) karangan Nyoman Manda.
Ketua Teater Topenk, Febby Arista Warti bercerita tentang seorang pengrajin togog bernama I Wayan Tamba yang hidup dengan sederhana bersama ibunya karena ayahnya telah lama tiada.
Ibu dan anak itu hanya hidup pas-pasan dari penghasilan Wayan Tamba.
Wayan Tamba menjalin hubungan asmara dengan Wayan Nerti, dimana hubungan mereka tak mendapat restu dari kedua orangtua.
Adapun konflik pada cerita ini bermula dari ibunda Nerti yang tak merestui anaknya bersama Wayan Tamba karena ia miskin dan tak memiliki apa-apa, terlebih lagi Wayan Nerti merupakan janda beranak dua.
Suatu hari, sepupu Wayan Nerti yang jatuh cinta pada perempuan itu, menghasut ibunda Nerti untuk mengirim cetik (kekuatan magis) guna memecah belah Wayan Tamba dan Wayan Nerti.
Akan tetapi, ketika sepupu dan ibunda Nerti meminta ilmu kepada balian (orang pintar), mereka berdua hanya menyebut untuk mencari seorang perempuan, justru mereka menyalahgunakan ilmu tersebut sehingga terjadi pertempuran magis yang berujung kematian kedua orangtua mereka yakni ibunda Wayan Tamba dan Wayan Nerti.
Selain kesulitan dalam menuangkan kisah cerpen ini ke dalam sebuah pementasan, Febby Arista yang duduk di bangku XII IPA ini mengaku tidak ada kesulitan lain yang berarti.
Ia juga mengungkapkan pada pementasan yang dibawakan Teater Topenk kali ini, mereka menggandeng Taksu Re’sman.
“Pementasan ini kami berkolaborasi dengan Taksu Re’sman, salah satu sanggar seni di Re’sman. Jadi dari Teater Topenk dan ditambah Taksu terpilih tiga puluh orang yang ikut ngambil peran,” jelasnya kepada Tribun-Bali.com.