Ogoh-ogoh Basudeva Krisna Dirancang Bergerak dengan Teknologi, Gunakan Daun Bambu Kering Untuk Ini
Rancang Enam Titik Gerakan, Butuh Waktu Tiga Bulan Sebelum Penggarapan, Gunakan Daun Bambu Kering Untuk Bulu Burung
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Seorang pemuda tampak sibuk di depan sebuah ogoh-ogoh di Balai Banjar Kelaci, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali, Selasa (18/2/2020).
Pemuda tersebut merupakan Ketua Sekaa Truna Sri Awandhira, I Gede Andika yang sedang sibuk merakit sayap burung ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh yang mengangkat tema Basudeva Krisna ini kembali dirancang bergerak dengan teknologi.
Bahkan, ada enam titik yang akan digerakkan seperti kepala, mulut, mata, kaki, sayap, serta sebuah cakra.
• Mengapa Makin Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian? (1)
• 7 Sumber Makanan yang Tinggi Vitamin D, Baik untuk Kesehatan Tulang Hingga Otot
• Bos Bali United Datangi Satgas Antimafia Bola di Jakarta, Ini yang Jadi Pembahasan
Ogoh-ogoh ini dirancang memiliki tinggi 4 meter dan panjang 6 meter.
Gede Andika menuturkan, tema Basudeva Krisna diimplementasikan ke sebuah karya seni ogoh-ogoh dengan wujud Dewa Krisna yang duduk di atas seekor burung iblis atau burung bangau raksasa dengan paruh yang tajam yang bernama Bakasura.
Dalam cerita yang tertulis, Bakasura ini merupakan seekor burung raksasa yang kerap mengganggu penduduk di suatu wilayah.
Bahkan, ia kerap membunuh warga dengan sesuka hatinya.
Ia juga merupakan utusan dari Raja Kamsa untuk membunuh Krisna.
Singkat cerita, saat akan berniat membunuh Krisna dengan cara menelannya, Bakasura ini justru terbunuh oleh Krisna.
"Inti dari tema ini, kami para pemuda di Bali khususnya di Tabanan sangat menginginkan adanya sosok pemimpin yang seperti Krisna. Artinya setiap masalah, apapun itu, bisa diselesaikan," ungkapnya.
Kemudian, terkait ogoh-ogoh yang dirancang bergerak sudah direncakan sejak Bulan Nopember 2019 lalu atau tiga bulan sebelumnya.
Ia bersama pemuda lainnya terus merancang agar bisa menciptakan sebuah karya seni yang patut dibanggakan.
"Kami juga ingin memberikan yang terbaik lah. Dan tentu kami tetap menggunakan pakem ogoh-ogoh yang sudah ada, namun dipadukan dengan teknologi yang ada," jelasnya.
Setelah berhasil merancang, barulah mengimplementasikannya dengan menggerakkan enam titik tubuh di ogoh-ogoh.