Disbud Provinsi Bali Ajak Generasi Muda Pahami Seni Klasik Melalui Workshop Drama Gong Klasik
Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali mengajak generasi muda untuk kembali menggaungkan kesenian klasik melalui Kriyaloka (workshop) Drama Gong Klas
Penulis: Ni Kadek Rika Riyanti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Kadek Rika Riyanti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali mengajak generasi muda untuk kembali menggaungkan kesenian klasik melalui Kriyaloka (workshop) Drama Gong Klasik.
Workshop ini diadakan di Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center, Denpasar, Bali, Kamis (5/3/2020).
Kepala Bidang Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Dinas Kebudayaan Bali, Ni Wayan Sulastriani mengatakan Kriyaloka atau workshop tentang drama gong ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait dengan drama yang akan diparadekan nanti.
“Jadi diharapkan drama gong yang dilaksanakan akan kembali pada pakem drama gong yang sesungguhnya seperti pada era tahun 1970-an, maka inilah perlu dilaksanakan kriyaloka,” tuturnya.
Sehingga nantinya, lanjut Sulastriani, hasil dari workshop ini diharapkan para duta parade drama gong dari kabupaten/kota se-Bali itu lebih bisa menuangkan karya garapan drama gongnya, baik ide cerita maupun penampilan semaksimal mungkin.
• Virus Corona Merebak, Gelaran Festival Musik Cadas Hammersonic Ditunda hingga Tahun Depan
• Vanessa Angel Bagikan Pengalamannya Menikmati Masa Kehamilan, Doyan Makan hingga Berhenti Merokok
• Hendak Beli Baju, Pengendara Motor Tertimpa Pohon di Jalan Raya Puputan Denpasar
“Di samping itu juga, kami berharap bagaimana drama gong ini kami kembali geliatkan, aktifkan, lakoni, agar generasi penerus bisa lebih memahami."
"Jadi tidak hanya bergelut pada kesenian kreasi, tetapi bagaimana generasi muda bisa memahami seni klasik maupun seni tradisi,” imbuhnya.
Sampai saat ini, sudah enam kabupaten/kota yang turut andil dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-42 yang akan berlangsung pada 13 Juni sampai 11 Juli 2020, antara lain Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Gianyar.
Dalam kesempatan itu, Sulastriani juga mengungkapkan harapannya bagi sejumlah kabupaten yang belum menyatakan ikut parade Drama Gong Klasik agar bisa turut serta.
• Terkait Corona, Kapolresta Denpasar Tegaskan Tak Ada Ruang bagi Penimbun Masker
• DLHK Denpasar Belum Gunakan Teknologi Untuk Deteksi Pohon Mana Yang Rawan Tumbang
• Kecanduan Gadget dan Game Online Masuk Kategori Gangguan Mental, Dewan Bali Usulkan Ada Faskes ODGJ
Sementara itu, Dr I Wayan Sugita M.Si yang menjadi narasumber kriyaloka mengatakan cerita yang diangkat dalam Parade Drama Gong Klasik hendaknya benar-benar dikaitkan dengan tema PKB yaitu "Atma Kerti, Penyucian Jiwa Paripurna".
"Harusnya cerita dikaitkan dengan tema supaya tidak sekadar nempling (sekadar melengkapi) di akhir cerita. Biasanya pertunjukan seperti itu. Tetapi harusnya tema masuk dalam cerita," ujae seniman Drama Gong yang juga akademisi di IHDN Denpasar.
Selanjutnya, Sugita menambahkan, pun menekankan pentingnya penggunaan bahasa Bali sesuai dengan anggah-ungguhin basa atau sor-singgih (tingkatan) yang benar.
"Karena terkadang mengenai bahasa, pragina (penari) atau pemain senior pun masih berantakan. Katakanlah penggunaan kata ‘dane’ dan ‘sane’ masih sering keliru," kata dia.
• Pemain Bali United Gavin Kwan Nyatakan Siap Hadapi Mantan Timnya Barito Putera
• Konsistensi UNMAS Denpasar Mengabdi Dalam Pelestarian Nyurat Aksara Bali
Di sisi lain, Sugita menekankan terhadap karakter masing-masing seniman akan memerankan apa dan harus konsisten.