PDI Perjuangan Jembrana Gelar Sosialisasi Narkoba dan HIV/AIDS, 'Lemesin' Dengan Bermain Tik-tok

PDI Perjuangan Jembrana pun menggelar sosialisasi bahaya narkoba dan HIV/AIDS di Mendopo Kesari

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/I Made Ardhiangga Ismayana
Foto: Usai sosialisasi Narkoba dan HIV/Aids pengurus DPC PDI Perjuangan Jembrana bermain aplikasi hiburan tik-tok, Sabtu (7/3/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Hampir di seluruh wilayah Bali, PDI Perjuangan menggelar sosialisasi bahaya narkoba dan HIV/AIDS.

PDI Perjuangan Jembrana pun menggelar sosialisasi di Mendopo Kesari, Banjar Tengah Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, Sabtu (7/3/2020).

Menariknya, sosialisasi yang dibawa dengan pemaparan bahaya itu diakhiri dengan menggelar tik-tok.

Ketua DPC PDI Perjuangan Jembrana, Made Kembang Hartawan yang memimpin aplikasi hiburan yang lagi trend tersebut.

Tangkal Virus Corona, RedCar Auto Detailing Sediakan Paket Treatment Anti Bakteri Dengan Alat Khusus

BREAKING NEWS Viral Benda Mirip Jenglot Ditemukan Warga, Ini Kata Pengelola Pantai Padang Galak

4 Tips Agar Berhasil Mengumpulkan Uang Tambahan

Sebelum bermain tik-tok, Kembang menyatakan, bahwa sosialisasi narkoba dan HIV/Aids merupakan rangkaian dari pada ultah PDI Perjuangan.

PDI Perjuangan menurutnya bukan hanya bersifat kepartaian.

Namun, mempunyai tanggungjawab moral terhadap generasi muda atau generasi emas Indonesia terutama Bali, dan khususnya Jembrana.

"Sehingga generasi muda bisa diandalkan. Karena 4 juta lebih penduduk Bali itu, sekitar 70 persen adalah generasi muda. Sehingga adalah tugas bersama untuk menjaga," ucapnya, Sabtu (7/3/2020).

Kembang menyebut, khusus untuk narkoba adalah musuh besar Indonesia.

Presiden Jokowi menyebut narkoba menjadi momok pertama selain korupsi dan radikalisme.

Narkoba membuat masyarakat Indonesia menjadi tidak berdaya atau menjadi generasi konsumtif.

"Kita ingin anak muda kita produktif. Tidak terserang narkoba dan mampu berkreasi untuk bangsanya. Tidak ketergantungan, akan produk impor. Sehingga Kita tidak bersaing akan menjadi negara dengan Anak muda produktif tanpa narkoba," jelasnya.

Ditegaskannya, bahwa saat ini, masyarakat juga harus tidak memberikan stigma negatif terhadap penyandang HIV/AIDS.

Sehingga, penderita tidak ingin sampai balas dendam.

Dan malah akan memotivasi supaya tidak terjerumus atau bernasib sama.

Sehingga mereka (penyandang AIDS) bisa tetap bersoasialisasi dengan warga sekitarnya.

"Dan ketika terdapat lokalisasi atau sejenisnya maka harus berusaha bagaimana menggerakkan ekonomi warga beralih ke yang putih tidak hitam. Tidak boleh ada narkoba atau perdagangan orang lagi," ujarnya.

Secara keseluruhan pengidap HIV/AIDS di Bali ada sekitar 22 ribu warga.

Sedangkan di Jembrana ada sekitar 1065 orang.

Pengidap HIV/AIDS yang meninggal sudah mencapai 235 orang di Jembrana dan 328 orang masih rutin minum obat.

88 persen merupakan pasangan heteroseksual.

23 persen merupakan ibu rumah tangga.

Selebihnya banyak yang sudah berstatus HIV namun tidak mau datang ke layanan. (*).

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved