Kenali Perbedaan Demam Berdarah dan Demam Cikungunya, Gejala dan Penangannya
Gejala dan tanda-tanda yang dialami penderita demam cikungunya hampir sama dengan demam berdarah maupun penyakit akibat infeksi virus Zika.
Pengobatan kondisi demam berdarah dengan obat yang dijual bebas bisa saja dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter.
Hal itu dikarenakan penyakit demam berdarah pada umumnya tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan kimia.
Sebaliknya, zat-zat kimia tertentu malah bisa menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada kinerja tubuh penderita yang sudah lemah.
Beberapa hal yang bisa dilakukan di rumah untuk mengatasi demam berdarah, yakni:
Pada kasus yang ringan, penderita hanya perlu istirahat dan minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi.
Dengan cara ini, biasanya penyakit akan membaik setelah 2 minggu.
Obat-obat antiinflamasi seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen bisa meningkatkan risiko perdarahan.
Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk digunakan pada penderita demam berdarah.
Pada kasus yang lebih serius, penderita penyakit demam berdarah memerlukan perawatan di rumah sakit dengan infus untuk mencegah dehidrasi.
Kadang-kadang, transfusi darah diperlukan untuk menggantikan darah yang hilang akibat adanya proses perdarahan organ dalam.
Penderita akan dicek dengan ketat untuk melihat apabila mereka terancam syok.
Demam cikungunya
Penanganan demam cikungunya sebenarnya tidak jauh berbeda dari kasus demam berdarah tersebut.
Penanganan demam ini ditujukan juga untuk membuat penderita merasa lebih nyaman.
Hal yang terpenting adalah bisa membuat penderita beristirahat dan minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi.
Apabila demam tinggi, penderita bisa diberikan kompres dingin dan minum tablet penurun panas. (*)
Langganan berita pilihan tribun-bali.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/TribunBaliTerkini
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspadai Perbedaan Demam Berdarah dan Demam Cikungunya", .