Disebabkan Gaya Hidup Buruk, Benarkah Sakit Mag Bisa Sebabkan Kematian?
Sakit mag adalah penyakit yang umum dialami oleh banyak orang, yang dipicu oleh gaya hidup yang buruk.
TRIBUN-BALI.COM - Sakit mag adalah penyakit yang umum dialami oleh banyak orang, yang dipicu oleh gaya hidup yang buruk.
Medical Manager, Consumer Health Division Kalbe Farma, dr. Helmin Agustina Silalahi menyebutkan, 70 persen sakit mag memang disebabkan oleh gaya hidup.
Misalnya, kebiasaan makan tidak teratur, atau terlalu sering kerja hingga larut malam yang mengakibatkan stres.
"Kadang ada orang yang bisa meng-handle stres, ada yang tidak bisa, bahkan sampai butuh antidepresan. Maka biasanya kami anjurkan untuk bisa mengelola stres." Demikian diungkapkan oleh Helmin dalam diskusi kesehatan lambung dikutip dari Kompas.com, Rabu (12/2/2020).
• Ramalan Zodiak Seminggu ke Depan 15-21 Maret 2020: Aries Jangan Berfoya-foya, Leo Belum Bisa Move on
• 5 Cara Melakukan Pelunasan Utang Tanpa Membuka Utang Lainnya
• Melalui Kegiatan Penamanan 1000 Pohon, CCAI Ajak Masyarakat untuk Bersama-sama Menjaga Lingkungan
Ada banyak mitos berkembang di masyarakat, salah satunya adalah sakit mag menjadi penyebab kematian.
Terlebih, beberapa figur publik juga dikabarkan meninggal karena memiliki penyakit maag kronis.
Lalu, apakah penyakit maag memang bisa menyebabkan kematian?
Ternyata, jawabannya adalah tidak.
"Sakit maag tidak mematikan tapi bisa semakin parah jika tidak langsung ditangani atau tidak diatasi dengan baik." Helmin mencontohkan, ketika ada seseorang yang mengalami sakit maag kronis lalu mengalami pembuluh darah pecah, orang tersebut kemudian berisiko mengalami anemia dan bisa berujung pada penyakit serius.
• Prakiraan Cuaca Bali 14-16 Maret 2020: Waspada Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang
• Ini Jenis-jenis dan Manfaat Olahraga Ringan di Rumah
• Terlambat Menikah Justru Membawa Dampak Positif dan Bikin Lebih Bahagia, Benarkah?
"Ujung-ujung (penyakitnya) itulah yang bisa menyebabkan kematian, yakni penyakit-penyakit yang muncul ketika sakit maag tidak diobati," tutur dia.
Selain itu, orang yang memiliki penyakit maag akan terganggu kualitas hidupnya.
Dalam tabel skor kualitas hidup terkait dispepsia fungsional (sakit maag) pada 2011, kualitas hidup orang yang sehat dalam beberapa aspek cenderung lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki sakit maag.
Misalnya dari skor fungsi fisik, orang-orang yang sehat mencapai angka sekitar 86,1 persen, sedangkan orang dengan sakit maag hanya 77,9 persen.
"Perbedaannya cukup signifikan. Kalau kualitas hidup terganggu, produktivitas juga akan turun," ungkap dia.
Mengatasi sakit maag