85 Persen Aset Kepariwisataan di Bali Dimiliki Orang Asing
Astawa menilai, jika kebanyakan aset kepariwisataan di Bali sebagian besar dimiliki oleh orang luar ditakutkan masyarakat lokal hanya menjadi penonton
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sebagai destinasi pariwisata dunia, ternyata sebagian besar aset kepariwisataan di Bali dimiliki oleh orang luar.
Tidak tanggung-tanggung, kepemilikan aset kepariwisataan oleh orang luar di Bali mencapai 85 persen.
Aset kepariwisataan yang dimiliki orang luar itu paling banyak berupa hotel dan sebagian besar berada di kawasan Nusa Dua dan sekitarnya.
"Ya kan seperti hotel-hotel kebanyakan orang luar yang punya, bukan orang lokal Bali," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa.
• PDEI dan MHKI Sarankan Pemerintah Mendata Persebaran COVID-19
• Para Siswa Dirumahkan, Kepala SMKN 3 Denpasar Ingatkan 4T
• Lawan Virus Corona, Jokowi Terbuka Atas Tawaran Bantuan Singapura Ini
Hal itu Astawa katakan saat pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tengang Standar dan Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali di Gedung DPRD Bali, Senin (16/3/2020).
Astawa menilai, jika kebanyakan aset kepariwisataan di Bali sebagian besar dimiliki oleh orang luar ditakutkan masyarakat lokal hanya menjadi penonton semata.
Ke depan, pihaknya mengaku akan lebih mengembangkan desa wisata agar nantinya segala aset kepariwisataan di suatu destinasi bisa dimiliki oleh masyarakat setempat.
Di destinasi tersebut, masyarakat bisa mengembangkan berbagai hal, misalnya seperti penginapan yang tentu asetnya dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
• Desa Diminta Proaktif Cegah Virus Corona, Lomba Ogoh-Ogoh di Klungkung Ditiadakan
• Begini Penjelasan Koster Tak Akan Tutup Kunjungan Wisman, Sebut Bali Masih Aman & Tak Perlu Lockdown
• Ogoh-Ogoh Sang Hyang Penyalin Banjar Dangin Peken Denpasar Simbol Kesuburan dan Penolak Bala
Namun, Astawa mengaku keberadaan destinasi di desa wisata yang sudah bagus juga perlu dijaga agar tidak dimiliki oleh investor luar.
Karena biasanya destinasi yang menarik juga mulai digandrungi oleh investor untuk membangun hotel dan lain sebagainya.
"Ini kan yang belum berkembang ini yang kita antisipasi, kalau yang sudah ada kan kita tidak bisa berbuat banyak. Jadi ke depannya kita berharap aset-aset itu tidak akan jatuh pada investor-investor yang kebanyakan dari luar," tuturnya.
Astawa pun berharap masyarakat mau mengembangkan jiwa entrepreneurship-nya dan juga berupaya untuk membentuk kelompok-kelompok sehingga aset-aset kepariwisataan di Bali bisa dimiliki dengan baik.
• All England 2020, The Minions Tetap Bersyukur Meski Gagal di Final
• Kadek Diana Sesalkan Tak Ada Ruang Klarifikasi Soal Dugaan Selingkuh, Koster: Gak Usah Klarifikasi!
Meski begitu, Astawa mengaku bahwa pihaknya bukan antipati terhadap keberadaan investor.
Namun yang diutamakan yakni investor yang tidak memarginalkan masyarakat lokal sehingga ada pergerakan ekonomi yang berkerakyattan.