Akademisi Sebut Wabah Covid-19 Harus Jadi Momentum Bagi Pemerintah untuk Kuatkan Sektor Pertanian

Pasalnya wabah Covid-19 ini sudah berdampak langsung pada menurunnya aktivitas kepariwisataan di Bali sebagai akibat berkurangnya jumlah wisatawan

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Saiful Rohim
Hamparan sawah dan aliran air sungai yang bersih di Desa Adat Gumung, Kacamatan Manggis, Karangasem yang sedang dikembangkan menjadi destinasi wisata oleh warga setempat. 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wabah coronavirus desease 2019 (Covid-19) semakin massif di Indonesia, termasuk di wilayah Provinsi Bali. 

Bahkan Gubernur Bali telah mengambil keputusan secara tegas melalui penetapan status siaga dalam penanggulangan Covid-19.

 Rektor Universitas Dwijendra Gede Sedana menilai, wabah Covid-19 ini harus dijadikan momentum oleh pemerintah, baik di tingkat provinsi, kabupaten maupun kota untuk semakin meningkatkan intensitas guna menggarap penguatan sektor pertanian.

Pasalnya wabah Covid-19 ini sudah berdampak langsung pada menurunnya aktivitas kepariwisataan di Bali sebagai akibat berkurangnya jumlah wisatawan dari dalam maupun luar negeri.

Cegah Penyebaran COVID-19, Pementasan Tari Kecak di Kawasan Pura Uluwatu Ditiadakan Hingga 30 Maret

Petugas Kebersihan Rentan Kena Virus, Kadis LH Gianyar Minta Jaga Kebersihan Badan

"Wabah Covid-19 sudah berdampak secara sosial ekonomi telah terjadi di tengah-tengah masyarakat Bali dan menunjukkan kecendrungan yang kurang menguntungkan," kata Sedana melalui keterangan tertulisnya yang diterima Tribun Bali.

Wakil Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bali itu mengatakan, wabah Covid-19 ini memberikan imbas terhadap kondisi tingkat hunian hotel-hotel, penginapan lainnya di pusat-pusat atau destinasi wisata di berbagai kabupaten dan kota di Pulau Dewata.

Selain itu, aktivitas pendukung pariwisata seperti angkutan, restaurant, warung dan aktivitas lainnya turut memperoleh dampak ikutannya.

Lebih parahnya lagi, akibat yang ditimbulkan adalah tenaga kerja yang diperkejakan dan bekerja di aktivitas-aktivitas kepariwisataan tersebut juga turut kena imbas.

Hingga akhirnya beberapa di antara mereka telah beralih dan kembali ke profesi awal seperti bertani.

"Sektor pertanian, baik di lahan kering maupun lahan basah kembali menjadi pilihan mereka yang “terdepak” dari sektor jasa seperti kepariwisataan. Kondisi menunjukkan bahwa sektor pertanian kembali membuktikan ketangguhannya di saat ekonomi terganggu akibat badai yang menerjang sektor pariwisata di Bali," tuturnya.

Sedana yang pernah mengikuti pendidikan Agribisnis di Wageningen University, Belanda itu menjelaskan, sektor pertanian selain memberikan fungsi produksi dan ekonomis, juga menjadi lapangan kerja atau tempat berusaha bagi sebagian besar masyarakat.

Selain itu, sektor pertanian juga memiliki fungsi ekologis yang menjaga ekosistem, fungsi hidrologis, dan fungsi-fungsi lainnya.

Penguatan sektor pertanian, kata dia, dapat dilakukan dalam bentuk inclusive agricultural development, dimana pemerintah diharapkan menjadi regulator dan fasilitator di dalam membangun pertanian inklusif tersebut.

 Berbagai sektor termasuk swasta dan perguruan tinggi serta Non-Governmental Organization (NGO) yang berkaitan di depan (forward linkage) dan di belakang (backward linkage) harus dibangun keterkaitannya dalam koridor saling memiliki peran untuk memberikan manfaat ekonomis dan non-ekonomis bagi seluruh sektor tersebut.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved