Corona di Indonesia
Cegah Penyebaran Covid-19,Tradisi Mbed-mbedan Di Kelurahan Abianbase Mengwi Batal Dilaksanakan
Bahkan tradisi yang seperti tarik tambang ini biasanya dilaksanakan di depan Pura Desa lan Puseh Desa Adat setempat pada rahina Ngembak Geni
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Desa Adat Semate, Kelurahan Abianbase Mengwi Badung mempunyai tradisi yang tergolong unik.
Tradisi yang merupakan warisan leluhur ini dikenal dengan tradisi Mbed-mbedan.
Bahkan tradisi yang seperti tarik tambang ini biasanya dilaksanakan di depan Pura Desa lan Puseh Desa Adat setempat pada rahina Ngembak Geni.
Sehingga usai melakukan brata penyepian, keesokan harinya atau pada hari ngembak Geni seluruh masyarakat desa adat Semate menggelar tradisi tersebut.
• Beraksi di Gilimanuk, Jambret Kambuhan ‘Didor’ Polisi Saat Kabur ke Jimbaran
• Akademisi Sebut Wabah Covid-19 Harus Jadi Momentum Bagi Pemerintah untuk Kuatkan Sektor Pertanian
• Cegah Penyebaran COVID-19, Pementasan Tari Kecak di Kawasan Pura Uluwatu Ditiadakan Hingga 30 Maret
Tradisi itu digelar bertujuan untuk menjaga kerukunan krama desa.
Hanya saja ditahun ini atau pada Hari Raya Nyepi tahun caka 1942 tradisi itu tidak akan dilaksanakan.
Hal itu pun lantaran adanya isu virus corona atau Covid-19 dengan tidak melaksanakan kegiatan yang melibatkan orang banyak.
Bendesa Adat Semate, I Gede Suryadi saat ditemui Jumat (20/3/2020) tak menampik hal tersebut.
Pihaknya pun mengatakan tradisi itu memang tidak akan dilaksanakan untuk tahun ini.
“Iya untuk tahun ini kita tidak akan laksanakan, sesuai dengan Surat Edaran Bupati untuk tidak melibatkan orang banyak, untuk mecegah penyebaran virus,” ujarnya.
Meski demikian pihaknya mengaku tetap melaksanakan banten Pakeling di pura Desa lan Puseh Desa Adat Setempat. Hal Itu dilakukan agar prosesi upakara tetap berjalan dan tradisi bisa ditunda.
“Intinya kami mohon doa restu agar warga kami tetap terjaga dan terhindar dari bahaya maupun masalah hingga selalu rukun,” jelasnya.
Dalam mengaturkan pakeling, pihaknya mengaku hanya melakukan bersama Pemangku saja. Namun masyarakat hanya berdoa di rumah masing-masing. “ Pemangku dan prajuru adat saja nanti yang melaksanakan pakeling tersebut,” katanya.
Penundaan tradisi tersebut, kata Suryadi merupakan keputusan yang tepat untuk menuruti aturan pemerintah.
Sehingga masyarakat benar-benar terhindar dari virus yang tidak terlihat tersebut. Hanya saja persembahyangan tetap dilaksanakan yang di pimpin pemangku.