Persentase Kematian Akibat Corona di Indonesia Masih Tinggi, 3 Hal Ini yang Dilewatkan
Berikut ini setidaknya tiga fakta di lapangan yang mempengaruhi penghitungan persentase kematian COVID-19.
Adanya penyakit penyerta pada pasien COVID-19 mengakibatkan tidak mudah untuk menyimpulkan apa yang menjadi penyebab kematian pada pasien. Bisa saja kematian pada pasien COVID-19 sebenarnya disebabkan oleh kondisi parah karena penyakit kronis penyerta.
Secara umum (bukan saat wabah COVID), WHO melaporkan bahwa enam dari 10 penyebab kematian di dunia adalah karena penyakit kronis.
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang secara spesifik mengukur tingkat kematian yang murni disebabkan oleh COVID-19 di dunia.
Mayoritas kematian pada pasien COVID-19 terjadi pada pasien yang memiliki riwayat penyakit penyerta seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi.
Penelitian yang dipublikasikan di the Lancet 11 Maret 2020 menunjukkan bahwa angka kematian pada kasus COVID-19 lebih tinggi pada orang lanjut usia dan memiliki penyakit kronis penyerta tersebut.
Tingginya angka kesakitan penyakit kronis di Indonesia seperti penyakit jantung koroner 1,5% dari total populasi pada 2018 atau 4 juta orang, diabetes melitus (1,5% atau 4 juta), dan hipertensi (34% atau 60 juta dari grup populasi berusia 18 tahun ke atas) dapat meningkatkan risiko kematian pada kasus COVID-19.
Penghitungan persentase kematian COVID-19 yang lebih akurat Agar lebih akurat, penghitungan persentase kematian seharusnya juga memperhitungkan faktor jarak waktu dari tanggal spesimen diambil sampai tanggal pemeriksaan laboratorium dilakukan (diagnosis delay).
Semakin panjang diagnosis delay maka semakin banyak kasus positif yang belum dilaporkan pada saat penghitungan angka kematian dilakukan.
Sehingga, persentase kematian akan cenderung lebih tinggi apabila faktor ini tidak diperhitungkan.
Selain itu, untuk dapat mengidentifikasi persentase kematian COVID murni (tanpa disertai penyakit penyerta), perlu dibedakan penghitungan angka kematian pada kelompok lanjut usia dengan yang muda, dan membedakan angka kematian pada kasus yang memiliki penyakit penyerta dengan yang tidak.
Henry Surendra Postdoctoral fellow (Epidemiologist), Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Hal yang Terlewat di Balik Tingginya Presentase Kematian Corona di Indonesia"