Selama Empat Bulan, Babi Mati Mendadak di Tabanan Tembus 17 Ribu Ekor Lebih
Dinas Pertanian Tabanan terus menerima laporan babi mati secara mendadak dari kecamatan, di Tabanan
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Dinas Pertanian Tabanan terus menerima laporan babi mati secara mendadak dari kecamatan.
Sejak bulan Januari lalu hingga Selasa (28/4/2020), babi mati mendadak yang tercatat mencapai 17.159 ekor.
Kondisi ini jauh lebih parah dibandingkan bulan sebelumnya.
Terbanyak, kasus tersebut terjadi di wilayah Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Bali.
Namun jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah.
• Pemain Bali United Platje Pilih Tetap Tinggal di Bali, Sebut di Belanda & Seluruh Eropa Situasi Sama
• Hari Ini, Covid-19 di Bali Bertambah 22 Kasus, Dewa Indra:Ada Penambahan Kasus Positif Sangat Besar
• Sekaa Teruna Putra Tunggal Peduli Covid-19, Serahkan Bantuan Face Shield ke Pemkab Badung
Karena setiap harinya terus mendapat laporan.
Di tengah kondisi tersebut, pendistribusian 2.000 liter disinfektan untuk peternak juga belum terealisasi.
Sebab, anggaran yang sebelumnya digunakan untuk pengadaan terpaksa direvisi kembali karena timbulnya wabah Covid-19 ini.
"Itu yang tercatat 17.159 ekor di kami. Data tersebut berdasarkan pendataan tim dari kecamatan yang ada," ungkap Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Tabanan, I Wayan Suamba, Selasa (28/4/2020).
Dia melanjutkan, untuk rinciannya Ia tidak hafal karena tak memegang data lengkapnya.
Kemudian, untuk wilayah yang paling banyak terjadi babi mati secara mendadak adalah Kecamatan Selemadeg Timur.
Dalam sebulan terakhir ini, wilayah tersebut menunjukan peningkatan yang signifikan.
Sebab, sebelumnya wilayah yang paling banyak mengalami hal tersebut adalah di Kecamatan Tabanan dan Kediri.
"Data dari lapangan di Selemadeg Timur yang paling banyak," sebutnya.
Disingung mengenai pengadaan dan distribusi 2.000 liter disinfektan untuk peternak, Suamba menyatakan hingga saat ini masih berproses atau belum disalurkan.
Sebab, beberapa waktu lalu harus merevisi anggaran kembali karena dampak dari wabah Covid-19 saat ini.
"Belum, kita masih berproses. Sekarang masih terus disiapkan kemungkinan akan penunjukan langsung untuk pengadaannya," tandasnya.
Sebelumnya, total jumlah disinfektan yang diusulkan adalah sebanyak 2000 liter untuk menjangkau seluruh wilayah terdampak dan untuk memenuhi kebutuhan tiga bulan ke depan.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Nyoman Budana mengatakan, untuk pengadaan disinfektan dengan adanya wabah babi mati mendadak saat ini sedang berproses untuk diajukan ke Bakeuda Tabanan.
"Dan SK juga sudah ditandatangi Ibu Bupati dan kami sedang proses untuk selanjutnya pengajuan ke Bakeuda. Usul awal kan 1200 liter, tapi sesuai perintah Ibu Bupati agar ditambah sehingga akan dilakukan pengadaan 2000 liter desinfektan untuk semua wilayah terdampak. Jumlah tersebut nantinya bisa digunakan sampai 3 bulan kedepan," kata Budana, Rabu (18/3/2020) lalu.
Sembari menunggu proses pengadaan dari Pemkab, Tabanan juga sudah dapat bantuan 150 liter dari pihak CSR dan sudah disebar ke beberapa wilayah.
Selanjutnya ketika sudah cair, kata dia, akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan petugas Puskeswan.
Mungkin nantinya akan diarahkan ke wilayah peternak yang masih memiliki babi sehat.
Setelah itu baru menyasar kandang yang sebelumnya terkena wabah babi mati mendadak.
Budana melanjutkan, untuk tenaga yang ada memang kekurangan.
Namun menyikapi hal tersebut rencananya akan memohon bantuan kepada petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan untuk melakukan penyemprotan disinfektan ini.
Nanti akan diberikan pemahaman serta melakukan penyemprotan dengan baju dan sepatu yang lengkap sesuai ketentuan.
"Jadi tak boleh sembarangan petugas yang bisa melakukannya. Hanya saja, peternak nantinya juga akan langsung diberikan pemahaman dan serahkan obat kemudian bisa langsung eksekusi penyemprotan," katanya.
"Intinya tidak dari kandang satu kemudian pindah ke kandang lainnya. Karena jika memberikan satu petugas melakukan penyemprotan desinfektan secara berpindah sangat beresiko. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran wabahnya," tandasnya.
(*)