Corona di Bali
Biaya PAM Desa Pejeng Gianyar Dipotong Rp 50 Ribu, Demi Ringankan Beban Hidup Warga
Berdasarkan data Desa Pejeng, per Mei 2020, PAM yang selama ini dikelola oleh BUMDes ini, meringankan biaya tagihan masyarakat sebesar Rp 50 ribu.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Upaya Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, membuat Perusahaan Air Minum (PAM) Mandiri pada lima tahun lalu, akhirnya dampaknya secara signifikan dirasakan dalam situasi pandemi Covid-19.
Dimana, desa setempat saat ini bisa dengan leluasa menyesuaikan tarif dengan kondisi keuangan masyarakat, dengan tidak mengubah standar pelayanan yang selama ini terbilang bagus.
Berdasarkan data Desa Pejeng, per Mei 2020 ini, PAM yang selama ini dikelola oleh BUMDes ini, meringankan biaya tagihan masyarakat sebesar Rp 50 ribu.
Artinya, bagi masyarakat Desa Pejeng yang tagihan airnya di bawah Rp 50 ribu per bulan, maka penggunaan airnya digratiskan.
• Cocok untuk Bikers, RedCar Auto Detailing Sediakan Cuci Motor Gratis dan Detailing Coating Helm
• Masa Pandemi Covid-19, RedCar Auto Detailing Beri Banyak Diskon Besar-besaran Bagi Customer
• Seniman Mural Wild Drawing Garap Mural Tentang Pandemi Covid-19 di Kelurahan Tonja Denpasar
Sementara masyarakat yang tagihannya di atas Rp 50 ribu, maka mereka hanya tinggal membayar sisanya.
Perbekel Pejeng, Tjokorda Gede Agung Kusuma Yuda, Minggu (10/5/2020) membenarkan hal tersebut.
Dia menyatakan, keringanan pembayaran Rp 50 ribu ini untuk merespon situasi keuangan masyarakat Pejeng selama ini, yang sangat terdampak oleh pandemi Covid-19.
Dia menyebutkan, jumlah sambungan rumah yang memanfaatkan PAM mandiri ini sebanyak 1.100 sambungan rumah atau hampir seluruh rumah di Desa Pejeng.
Kata dia, selama ini pelayanan PAM Mandiri ini tidak pernah mendapatkan keluhan dari masyarakat.
Sebab sumber airnya berasal dari tujuh sumur bor, sementara sambungan pipanya memakai diameter tiga dim di bawah tanah.
Lantaran dikelola secara mandiri dan hanya melayani skup desa, maka perbaikan pelayanan ketika ada gangguan, kata dia, segera bisa dilakukan.
“Selama ini masyarakat kami lebih memilih menggunakan PAM Mandiri. Rata-rata penggunaan air warga itu dari Rp 80 ribu sampai Rp 120 ribu. Meskipun murah, tapi masyarakat jarang komplain karena jarang ada gangguan. Tapi meskipun pelayanan PAM ini memuaskan, kami tetap memberikan keringanan Rp 50 ribu. Yang penggunaannya di bawah itu kami gratiskan, yang di atas itu tinggal bayar sisanya,” ujarnya.
“Kebijakan ini juga untuk meringankan beban warga kami. Sebab sejak pandemi Covid-19 ini, banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian, kehilangan pendapatan. Semoga dengan adanya program ini bisa meringankan beban masyarakat,” tandasnya. (*)