Pahami Penyakit Gunung dan Lakukan Persiapan, Ini Panduan Naik Gunung Setelah Lama Tidak Mendaki

Rahman menyampaikan beberapa panduan pendakian pada masa new normal seperti saat ini. Apalagi banyak pendaki sudah lama tidak mendaki akibat gunung

ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Ilustrasi - Pendaki berjalan menuju area pasar bubrah di bawah puncak Taman Nasional Gunung Merapi, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (21/9). Libur tahun baru Islam satu Muharram dimanfaatkan sejumlah wisatawan untuk mendaki menikmati panorama alam dari ketinggian 2.968 meter di atas permukaan air laut (mdpl). 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Setelah sekian lama tidak mendaki gunung, ada baiknya kamu memperhatikan panduan mendaki.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia ( APGI), Rahman Mukhlis mengatakan pentingnya manajemen perjalanan dan kesiapan para pendaki sebelum mendaki gunung.

Ia menilai hal ini usai melihat beberapa kejadian atau kecelakaan yang dialami para pendaki setelah wisata gunung kembali buka.

"Dari sini bisa ditarik kesimpulan pentingnya manajemen perjalanan dan kesiapan para pendaki sebelum mendaki gunung," kata Rahman saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/7/2020).

Update Covid-19: 766 Orang Masih Dirawat di Bali, Kasus Positif di Indonesia Tembus 74 Ribu

Angkat Bicara Soal Izin Ekspor Benih Lobster, Edhy: Yang Putuskan Bukan Saya, Tapi Tim

Aktor Bollywood Legendaris India Amitabh Bachchan Positif Terjangkit Covid-19, Kini Dirawat di RS

Ia pun memaparkan ada beberapa kejadian atau kecelakaan saat mendaki gunung ketika wisata gunung baru saja dibuka kembali.

Menurut catatannya, di Gunung Cikuray terdapat satu orang mengalami hipotermia dengan keadaan selamat.

Baru-baru ini, kejadian pendaki menghilang di Gunung Guntur dan ditemukan selamat.

Sebelumnya pada Senin (6/7/2020), pendaki Gunung Lawu ditemukan meninggal dunia dan diduga mengalami hipotermia.

"Turut berduka cita atas musibah di Lawu dan beberapa gunung lainnya," ujarnya.

Rahman menyampaikan beberapa panduan pendakian pada masa new normal seperti saat ini.

Apalagi banyak pendaki sudah lama tidak mendaki akibat gunung-gunung tutup pada masa pembatasan sosial.

Arti Mimpi Membeli Rumah, Anda Akan Mendapatkan Rasa Aman hingga Kelancaran Rezeki

Pasangan Gay asal Denpasar Diciduk Setelah Kepergok Mesum di Kawasan Suci Ini, Warga Gelar Pecaruan

Sinopsis Drakor Hyde Jekyll Me, Kisahkan Seorang Pria yang Memiliki Kepribadian Ganda

1. Persiapan sebelum pendakian

Melihat kejadian ini, ia mengingatkan agar para pendaki menyiapkan segala sesuatu sebelum mendaki gunung mulai dari memahami kondisi alam atau gunung hingga kesiapan adaptasi.

Menurut Rahman, hal pertama yang harus disiapkan dalam manajemen perjalanan adalah pemahaman kondisi alam atau gunung.

"Pahami kondisi alam atau gunung, mulai jalur pendakiannya, cuaca seperti apa, suhu dan lainnya," ujarnya.

Ia juga mengatakan, saat ini sudah memasuki tengah tahun yang berarti awal musim kemarau.

Pada masa ini, kata dia, cuaca di gunung cenderung cerah namun suhu lebih rendah atau dingin.

Lanjutnya, hal yang harus diperhatikan lainnya, pendaki harus ingat bahwa dirinya sudah lama tidak mendaki akibat pandemi Covid-19.

Ngobrol Akhir Pekan: Ngegas Jalur Adventure New Normal Ala AdFriendture Bali

KSAD Jenderal Andika Perkasa Beberkan Awal Mula 1.280 Orang di Secapa Tertular Covid-19

Pembocor Data Pribadi Denny Siregar Terkuak, Polisi: Pelaku Karyawan Outsourcing Seluler di Surabaya

"Nah, untuk itu, tubuh kita butuh adaptasi terlebih dahulu, agar tidak kaget saat mendaki dan terserang hipotermia," jelasnya.

Oleh karena itu, para pendaki juga harus menyiapkan fisik yang prima sebelum mulai mendaki. Selain itu, para pendaki juga wajib menyiapkan peralatan dan perbekalan selama pendakian.

"Perlengkapan juga harus memadai untuk kondisi ekstrem. Perbekalan juga harus bergizi, kualitas dan kuantitasnya memadai," terangnya.

2. Pahami penyakit-penyakit gunung

Salah satu hal yang ditekankan Rahman adalah pendaki perlu mengetahui dan memahami macam-macam penyakit di gunung misalnya hipotermia.

Ia melihat beberapa kejadian yang ada belakangan ini dan menimpa pendaki diduga karena hipotermia.

"Rata-rata ini gejala hipotermia ya. Jadi kita harus paham, pahami gejala sampai cara pencegahan, dan penanganan juga," kata Rahman.

Hipotermia saat di gunung bisa menyerang siapa saja. Diberitakan Kompas.com, 23 Juli 2019, korban hipotermia biasanya kondisi tubuhnya kaku, sehingga susah untuk menerima makanan dan minuman.

Seminggu Ikuti TC di Bekasi, Bima Sakti Sebut Adaptasi Pemain Timnas U-16 Indonesia Berjalan Baik

Donald Trump Tuding Joe Biden Menjiplak Program Ekonominya Buy American

3. Pastikan satu teman berpengalaman ketika mendaki

Selain menyiapkan manajemen perjalanan, Rahman menjelaskan bahwa jika ingin mendaki gunung, dalam satu tim atau rombongan ada satu orang berpengalaman dan paham kondisi medan pendakian, serta memahami ilmu tentang pendakian.

Tak hanya itu, ia juga menekankan pentingnya kebersamaan dan menjaga satu sama lain selama pendakian.

"Di lapangan juga harus saling jaga satu sama lain, disiplin, jaga sikap, hindari terpisah dalam rombongan," jelasnya.

Pendapat senada juga dikatakan Sekretaris Jenderal Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) Dwi Bahari.

Ia menerangkan pentingnya pengecekan kelompok selama pendakian dan melapor kepada ketua kelompok jika ada anggota yang berpisah.

"Ada baiknya lapor kepada ketua kelompok saat berpisah dari kelompok dan saling mengecek kondisi tim satu sama lain," ujar Dwi.

Ia juga mengimbau bagi para pendaki agar selalu mengikuti protokol kesehatan dan melengkapi keselamatan diri ketika hendak keluar tenda.

"Jadi saat terjadi yang sifatnya emergency sudah bisa merespon dengan tindakan yang tepat," tambahnya.

4. Agar lebih nyaman, gunakan jasa pemandu

Pentingnya jasa pemandu juga disinggung oleh Rahman dalam konteks wisata gunung.

Ia mengatakan, apabila wisatawan atau pendaki menginginkan pendakian lebih nyaman dan aman, bisa menggunakan jasa pemandu.

"Untuk wisatawan yang ingin kenyamanan dan keamanan dalam wisata pendakian, bisa menggunakan jasa pemandu atau operator wisata gunung profesional," pungkasnya.

Sebelumnya, melansir Tribunnews, seorang pendaki bernama Andi Sulistyawan (18) ditemukan meninggal dunia di Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Jenazah Andi berhasil dievakuasi dan dibawa ke basecamp Cemara Kandang pada Selasa (7/7/2020) sekitar pukul 00.30 WIB.

Kapolsek Tawangmangu, AKP Ismugiyanto mengonfirmasi jenazah yang berhasil dievakuasi dari puncak Lawu tersebut adalah Andi Sulistyawan.

Korban sempat hilang beberapa saat di puncak.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Nekat Naik Gunung, Ini 4 Panduan jika Lama Tidak Mendaki"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved