Ladang Penggaraman Warga di Pesisir Karangdadi Semakin Terkikis Abrasi
Para pertani garam di pesisir Karangdadi, Desa Kusamba, Klungkung terus mengeluh lahan penggaraman mereka yang tergerus abrasi.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Para pertani garam di pesisir Karangdadi, Desa Kusamba, Klungkung terus mengeluh lahan penggaraman mereka yang tergerus abrasi.
Bahkan ada petani garam yang harus berhenti, karena gubuk dan lahan penggaraman warga sempat hancur dihantam gelombang.
Seorang petani garam di pesisir Karangdadi, Kusamba I Ketut Kaping mengungkapkan, kondisi abrasi sudah sangat parah.
Dirinya yang sebelulnya memiliki lahan penggaraman sekitar 13 are, saat ini hanya tersisa 4 are.
Hal ini juga membuat dirinya tidak lagi mampu memproduksi garam.
Jika dahulu bisa menghasilkan garam berkualitas bagus sampai 40 kg dengan luasan 13 are.
Saat ini paling banyak hanya mampu memproduksi garam sekitar 7 kg.
" Abrasi kian parah. Beberapa waktu lalu, ada ombak tinggi dan ladang sampai gubuk penggaraman petani semua hancur. Sekarang kami baru berbenah. Saya dapat bantuan dari Bupati sebanyak Rp 3 juta. Ternyata belum cukup, dan harus minjam lagi Rp 10 juta," ungkapnya, Selasa (11/8/2020).
• POPULER : Pria Kelahiran Banyuwangi Ini Resmi Sebagai Dirjen Bimas Hindu
• Kemenkes Lakukan Uji Klinis Terapi Sel Punca Mesenkimal sebagai Terapi Pasien Covid-19
• YouTuber asal Bali Turah Parthayana Beri Klarifikasi Soal Kasus Pelecehan Seksual, Begini Ungkapnya
Bahkan menurutnya, ada satu keluarga di pesisir Karangdadi, harus berhenti membuat garam karena belum memiliki biaya untuk memperbaiki gubuk penggaramannya setelah hancur diterjang ombak.
" Alat-alat penggaraman semuanya hancur, dan butuh biaya memperbaikinya" ungkapnya.
Kondisi ini membuat keberadaan petani garam tradisional setempat semakin terancam.
Mereka rentan meninggalkan pekerjaanya sebagai petani garam, padahal saat ini Pemkab Klungkung tengah gencar mengembangkan produk garam beryodium, yang bahan bakunya berasal dari petani garam lokal. (*)