Virus Corona
Direktur WHO Berharap Pandemi Covid-19 Bisa Berakhir Maksimal Dua Tahun
Namun ia menambahkan bahwa kemajuan teknologi saat ini dapat memungkinkan dunia untuk menghentikan virus "dalam waktu yang lebih singkat"
TRIBUN-BALI.COM - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) berharap pandemi Virus Corona atau Covid-19 akan berakhir dalam waktu kurang dari dua tahun.
Dilansir dari bbc.com, Sabtu (22/8/2020), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan flu Spanyol tahun 1918 membutuhkan waktu dua tahun untuk bisa diatasi.
Namun ia menambahkan bahwa kemajuan teknologi saat ini dapat memungkinkan dunia untuk menghentikan virus "dalam waktu yang lebih singkat".
“Tentunya dengan lebih banyak konektivitas, virus memiliki peluang lebih besar untuk menyebar,” ujarnya.
• Deretan Insentif untuk Pelaku UMKM, Mulai Subsidi Bunga Hingga KUR Mikro
• Momentum HUT ke-75 RI, Suryani Institute for Mental Health Luncurkan E-book Meditasi
• Valentino Rossi Dukung Muridnya Gantikan Posisi Dovizioso di Ducati
"Tetapi pada saat yang sama, kita juga memiliki teknologi dan pengetahuan untuk menghentikannya," katanya, sembari menekankan pentingnya persatuan nasional, solidaritas global.
Flu mematikan tahun 1918 menewaskan sedikitnya 50 juta orang.
Virus Corona sejauh ini telah menewaskan hampir 800.000 orang dan menginfeksi 22,7 juta lainnya.
Dr Tedros juga menanggapi pertanyaan tentang korupsi yang berkaitan dengan alat pelindung diri (APD) selama pandemi, yang dia sebut sebagai "kriminal".
"Segala jenis korupsi tidak bisa diterima," jawabnya.
"Namun korupsi terkait APD, bagi saya adalah pembunuhan. Karena jika petugas kesehatan bekerja tanpa APD, kita mempertaruhkan nyawa mereka. Tentu saja juga membahayakan nyawa orang yang mereka layani."
Meski hal ini terkait dengan dugaan korupsi di Afrika Selatan, sejumlah negara pernah menghadapi persoalan serupa.
Pada hari Jumat, protes diadakan di ibu kota Kenya, Nairobi atas dugaan korupsi selama pandemi, sementara dokter dari sejumlah rumah sakit umum kota melakukan pemogokan karena gaji yang belum dibayar dan kurangnya peralatan pelindung.
Pada hari yang sama, kepala program kedaruratan kesehatan WHO memperingatkan bahwa skala wabah Virus Corona di Meksiko "jelas kurang diketahui".
Dr Mike Ryan mengatakan setara dengan sekitar tiga orang per 100.000 orang yang diuji di Meksiko, dibandingkan dengan sekitar 150 per 100.000 orang di AS.
• 5 Fakta Pembunuhan Sadis Satu Keluarga di Baki Sukoharjo, Korban Dikenal Supel, Pelaku Rekan Kerja
• Cerita Penggali Makam Satu Keluarga Tewas Dibunuh Secara Sadis di Baki Sukoharjo, Tanah Mudah Digali
• Kemnaker Gratiskan Swab Test Bagi PMI yang Akan Kembali Bekerja ke Luar Negeri
Meksiko memiliki jumlah kematian tertinggi ketiga di dunia, dengan hampir 60.000 kematian tercatat sejak pandemi dimulai, menurut Universitas Johns Hopkins.