Kopi Langkan Bangli Masuk Kategori Citarasa Sangat Bagus, Tapi Keberadaannya Kian Meredup
Di tengah keberadaan kopi yang kian berkembang termasuk di kalangan generasi muda, kopi di Dusun Langkan justru meredup.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Masyarakat perkotaan mungkin belum banyak yang tahu mengenai keberadaan Dusun Langkan di Kabupaten Bangli.
Beberapa tahun lalu, perekonomian masyarakat di dusun ini pernah menggeliat karena kopi.
Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar masyarakatnya masih berprofesi sebagai petani.
Mereka membudidayakan kopi arabika sebagai komoditas utama.
Saat ini, banyak masyarakat perkotaan (hilir) yang menjadikan minuman kopi sebagai bagian dari gaya hidup.
Situasi ini pun menumbuhkembangkan berbagai usaha di bidang perkopian.
Di sektor hilir, tumbuh begitu banyak kedai-kedai yang menawarkan minuman kopi dengan berbagai varian rasa dan kemasan.
Namun salah satu pemuda Dusun Langkan, I Putu Edi Swastawan mengatakan, di tengah keberadaan kopi yang kian berkembang termasuk di kalangan generasi muda, kopi di Dusun Langkan justru meredup.
• Bupati Gianyar Minta Sekda Kaji Insentif Penguburan Jenazah Pasien Covid-19
• Sebelum Masuk Toilet Kejati Bali Dan Diduga Menembak Diri Sendiri, Tri Nugraha Sempat Ucap Stres
• Tak Diizinkan Bicara Saat Rapat Paripurna, Walhi Nilai DPRD Langgar Hak Rakyat untuk Berpendapat
"Situasi ini disebabkan karena sebagian besar petani di Dusun Langkan tidak lagi memilih kopi sebagai komoditas utama untuk dibudidayakan," tutur Edi, Selasa (1/9/2020).
Edi menjelaskan, petani di Dusun Langkan tak lagi membudidayakan kopi sebagai komoditas utama karena sudah berulang kali kecewa.
Dulu saat masih membudidayakan kopi, setiap tahun petani selalu berharap agar harga buah kopi yang mereka miliki bisa mendapatkan harga yang pantas.
Namun sayangnya, harapan dari petani tersebut tak pernah terjawab.
Harga kopi di tingkat petani saat itu terus anjlok, para petani kopi di Dusun Langkan akhirnya tidak lagi menjadikan kopi sebagai komuditas utama yang mereka budidayakan.
Sejak beberapa tahun lalu sebagian besar petani di Dusun Langkan yang berada di bawah naungan Subak Abian Suka Maju telah menanam jeruk untuk menggantikan kopi sebagai komoditas utama.
• Pernah Mengalami Mimpi Digigit Hewan Buas? Digigit Buata Ternyata Pertanda Baik
• BREAKING NEWS Ular Sanca 3,5 Meter Sembunyi di Sela Kayu Reng Atap Rumah Warga di Kesiman
• Jagoan Gagal Dapat Rekomendasi Airlangga Hartarto, Loyalis Diatmika-Muntra Akan Usung Kotak Kosong
Namun kini, harga jeruk di tingkat petani setali tiga uang dengan harga kopi terdahulu.
Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini mengatakan, tidak pantas rasanya petani di Dusun Langkan kehilangan minat membudidayakan kopi karena permasalahan harga.
Baginya, kopi di Dusun Langkan seharusnya mendapatkan harga yang lebih tinggi karena termasuk kopi arabika dengan citarasa terbaik di Bali.
Dirinya menuturkan, kopi di Subak Abian Suka Maju Dusun Langkan masuk dalam kategori citarasa sangat baik atau very good berdasarkan hasil pengujian citarasa kopi arabika di beberapa sentra produksi di Bali.
"Hasil pengujian ini termuat dalam Jurnal Manajemen Agribisnis Vol 5, 1 Mei 2017 dengan ISSN: 2355-0759 yang berjudul Merunut Potensi Kopi Arabika Sebagai Pengusung Utama Komoditas Ekspor Kopi," jelasnya.
• Redam Kekecewaan Kader, Golkar Bali Akan Turun ke Badung
• Terintegrasi dengan Program TOSS, Klungkung Bisa Jadi Percontohan Program HATINYA PKK
Mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FP Unud ini menilai, bahwa kopi di Dusun Langkan diibaratkan sebagai harta.
"Kopi Langkan adalah harta yang luar biasa. Harta itu ada, namun berdebu," pungkasnya.
Sementara itu, Kelian Subak Abian Suka Maju, I Nengah Sudiana mengatakan, luas potensi kopi di Dusun Langkan mencapai 76,1 hektare.
"Lahan ini berada di ketinggian 1.100 sampai 1.180 meter di atas permukaan laut (mdpl)," jelasnya. (*)