Human Interest
Kisah Kakak Beradik Lumpuh di Desa Timuhun, Dewa Gde Frustasi hingga Benturkan Tubuh ke Tembok
"Bahkan anak saya beberapa hari belakangan kerap frustasi dengan kondisinya. Ia sering kali membenturkan tubuhnya ke tembok," ungkap Desak Putu Raka.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Desak Putu Raka (70) dan suaminya Dewa Putu Samba (70) asal Banjar Kaleran, Desa Timuhun berusaha tegar menerima kenyataan dua anaknya tidak tumbuh normal karena polio.
Di usia senja keduanya, mereka masih berharap ada mujizat yang membuat keduanya dapat sembuh dan tumbuh seperti orang normal lainnya.
Desak Putu Raka saat itu masuk ke kamar putra sulungnya, Dewa Gde Sayang (45) yang memiliki ukuran sekira 3x3 meter.
Kamar yang didiami Dewa Gde Sayang itu tampak lusuh.
Dewa Gde Sayang mengalami keterbatasan fisik sejak kecil.
Akibat polio yang dideritanya, kedua kakinya kecil dan bengkok.
Baca juga: Perbaikan 12 Titik Ruas Jalan Rusak Akibat Bencana di Tabanan, Rp 7 Miliar Diusulkan ke Bupati
Baca juga: Perwakilan Warga Pejeng Datangi Kesbangpol Gianyar Terkait Permasalahan dengan Prajuru Adat
Baca juga: Layanan RS Gema Santi Tutup 6 Hari, Pasien Gawat Darurat Bisa ke Puskesmas Nusa Penida I
Ia pun tidak dapat bangun dan hanya bisa duduk beralaskan kasur tipis.
Selain itu badan dari Dewa Gde Sayang pun sangat kurus, layaknya tukang berbalut kulit.
Desak Putu Raka mengungkapkan, putranya tersebut sebenarnya lahir normal seperti anak lainnya.
Namun sejak masa anak-anak, Dewa Gde Sayang kerap sakit-sakitan seperti demam tinggi.
"Dulu kami saat anak panas, hanya dikasi bawang biar sembuh," ungkap Desak Putu Raka.
Di usianya yang ke 13 tahun, ada keanehan dengan Dewa Gde Sayang. Kakinya mulai pincang dan pertumbuhannya pun melamban. Dewa Gde Sayang pun lumpuh hingga usianya dewasa.
Baca juga: Hotman Paris Beri Selamat pada Buruh Terkait UU Cipta Kerja
Baca juga: Remaja 19 Tahun Buka Warkop, Miliki Layanan Intim Gadis Muda asal Jawa Barat
Baca juga: LPSK Lakukan Asesmen terhadap 39 Korban Tindak Pidana Terorisme Bom Bali I dan II
"Bahkan anak saya beberapa hari belakangan kerap frustasi dengan kondisinya. Ia sering kali membenturkan tubuhnya ke tembok," ungkap Desak Putu Raka.
Hal serupa juga dialami adik dari Dewa Gde Sayang, Dewa Ayu Wati (43).
Wanita itu juga mengalami polio dan lumpuh sejak masih kanak-kanak. Ia hanya bisa berbaring di kursi rodanya, dengan kaki yang mengecil dan tubuh yang sangat kurus.
" Hanya anak bungsu yang normal, dan sekarang bekerja di Denpasar sebagai tukang parkir," jelasnya.
Keluarga itu termasuk keluarga kurang mampu di desanya. Dewa Ayu Wati hanya ibu rumah tangga, sementara suaminya Dewa Putu Samba hanya seorang petani penggarap.
Baca juga: Hotman Paris beri Selamat terkait UU Omnibus Law: Majikan bisa Dipenjara Pekerja
Baca juga: Buat Kerumunan di Tengah Pandemi, Satpol PP Denpasar Tertibkan Usaha Billiard di Padangsambian
Baca juga: Menpar Usulkan Pariwisata Bali Lakukan Pinjaman Lunak ke Pusat untuk Hindari PHK
Sementara Kepala Dusun Kaleran, I Nyoman Pasek mmenegaskan,bahwa selama ini keluarga Dewa Putu Samba sudah mendapatkan berbagai bantuan dari pemerintah.
Termasuk warga penerima PKH (program keluarga harapan) dari pemerintah pusat.
Selain itu keluarga tersebut juga mendapatkan bantuan program rehab rumah dan sembako rutin dari APBD Pemkab Klungkung.
Bantuan juga datang dari pihak swasta seperti Koppas Sarinadi berupa kursi roda serta sejumlah uang tunai bantuan dari berbagai komunitas
Sementara PMI Klungkung dan Wabup Made Kasta menyempatkan diri memberikan bantuan paket sembako ke keluarga tersebut, Kamis (15/10/2020).
Ia berharap bantuan itu bermanfaat dan membantu meringankan beban warga.
Menurut Made Kasta, kegiatan ini akan terus berlanjut meskipun di masa pandemi.
Sepanjang ada laporan dari warga, selaku pemerintah dan Ketua PMI Cabang Klungkung, pihaknya akan terus bergerak memberikan bantuan kemanusiaan. (*)