Melarat di Pulau Surga
Kisah Pilu Kakak Beradik di Bali Lumpuh & Bertubuh Kurus, Jika Frustasi Benturkan Ini ke Tembok
Desak Putu Raka dengan penuh kasih sayang menemui putra sulungnya, Dewa Gde Sayang (45), yang berada di kamarnya, Kamis (15/10/2020) siang.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA -- Desak Putu Raka dengan penuh kasih sayang menemui putra sulungnya, Dewa Gde Sayang (45), yang berada di kamarnya, Kamis (15/10/2020) siang.
Kamar yang didiami Dewa Gde Sayang memiliki ukuran sekira 3x3 meter.
Kamar di rumah sederhana itu pun tampak lusuh.
Dewa Gde Sayang mengalami keterbatasan fisik sejak kecil.
Akibat polio yang dideritanya, kedua kakinya kecil dan bengkok.
Ia tidak dapat bangun dan hanya bisa duduk beralaskan kasur tipis.
Selain itu badan dari Dewa Gde Sayang sangat kurus, layaknya tulang berbalut kulit.
Desak Putu Raka mengungkapkan, putranya tersebut sebenarnya lahir normal seperti anak lainnya.
Namun sejak masa anak-anak, Dewa Gde Sayang kerap sakit-sakitan seperti demam tinggi.
"Dulu kami saat anak panas, hanya dikasi bawang biar sembuh," ungkap Desak Putu Raka.
Di usianya yang ke 13 tahun, ada keanehan dengan Dewa Gde Sayang.
Kakinya mulai pincang dan pertumbuhannya pun melamban. Dewa Gde Sayang kemudian lumpuh hingga usianya dewasa.
"Bahkan anak saya beberapa hari belakangan kerap frustasi dengan kondisinya. Ia sering kali membenturkan tubuhnya ke tembok," tuturnya lirih.
Tak hanya Dewa Gde Sayang, adiknya Dewa Ayu Wati (43) juga mengalami polio dan lumpuh sejak masih kanak-kanak.