Serba Serbi
Jero Made Bayu Gendeng: Ada Energi Kuat yang Melindungi Bali
Jero Made Bayu Gendeng mengatakan, Bali dilindungi energi yang sangat kuat, berikut ini ramalannya soal kondisi Bali tahun 2021,
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Jero Made Bayu Gendeng mengatakan, Bali dilindungi energi yang sangat kuat.
Jero Made Bayu Gendeng juga meramal soal kondisi Covid-19 di Bali tahun 2021, dan isu adanya gempa besar dan tsunami di Selatan Bali.
Berikut ini ramalan Jero Made Bayu Gendeng soal kondisi tersebut.
Bali adalah pulau yang luar biasa, dengan adat istiadat dan energi taksu yang menyertai.
Memancar ke segala penjuru Pulau Dewata, bahkan dunia.
Benteng taksu inilah yang menjadikan Bali memiliki energi positif.
Dan menjaga Pulau Surga ini dari energi negatif.
Ulas Jero Made Bayu Gendeng, Penenung Bayu Gana.
Satu diantara energi negatif tersebut adalah Covid-19.
Ia memperkirakan Covid-19 akhirnya bisa masuk Bali, karena adanya tingkah laku warga yang mulai meremehkan energi-energi gaib penjaga pulau ini.
"Menurut ramalan saya, berdasar prediksi dan dari hasil petunjuk-petunjuk alam niskala. Covid-19 akan benar-benar mulai membaik memasuki tahun 2021 di dunia," katanya kepada Tribun Bali, Minggu (18/10/2020).
Untuk di Bali pun, kata dia, wabah Covid-19 akan membaik begitu memasuki 2021.
"Ketika itu saya lihat sudah mulai benar-benar memudar. Kecuali bila ditunggangi oleh hal-hal di luar teknis," ujarnya.
Kemudian memasuki bulan Maret dan April 2021 di Bali bahkan dunia, wabah akibat pandemi ini akan membaik.
Lanjutnya, banten dan upakara adalah ritual permohonan kepada Yang Maha Kuasa sangat wajib dipersembahkan.
"Baik itu dengan keyakinan kita masing-masing, begitu juga dilakukan berdasarkan upakara-upakara yang sudah biasa dilakukan di Bali sendiri," tegasnya.
Dengan upakara-upakara ini, masyarakat memohonkan dan menebalkan energi taksu benteng gaib atau niskala yang sangat luar biasa.
Untuk menjaga daerah Bali yang tanahnya dalam setiap jengkalnya memiliki energi gaib.
Baca juga: Bagaimana Upacara Ngaben Sebelum Buda Kliwon Pegat Uwakan?
Baca juga: Mengenal Aksara Modre yang Dianggap Sakral dan Magis di Bali
Untuk itu semua harus berdoa dan tawakal.
Ia mengatakan, setelah pandemi Covid-19 ini, akan ada perubahan yang sangat memengaruhi kehidupan masyarakat Bali.
"Saya melihat memang untuk pulih sediakala, masih memerlukan waktu. Banyak hal akan terjadi terutama di bulan April dan Mei 2021 nanti," sebutnya.
Sebab walaupun pandemi membaik, namun masalah perekonomian masih tampak terpuruk.
Ramalannya, bulan Juli 2021 akan lebih tertata untuk perekonomian.
Di sisi lain, adanya isu gempa besar dan tsunami yang bakal melanda selatan Bali ditanggapi diplomatis olehnya.
"Isu ini hanya menambah keprihatinan kita," tegasnya.
Ia mengaku, saat bermeditasi di sebuah tempat di selatan Bali.
Ia melihat energi sinar gaib begitu kuat melindungi tanah dan pesisir Bali.
Hal ini menandakan Tuhan Yang Maha Kuasa sangat melindungi Bali.
"Yang perlu dilakukan masyarakat Bali adalah mulat sarira, instrospeksi diri, dan melakukan puja serta meditasi. Memohon keselamatan bersama dan menyatukan tujuan untuk keselamatan bersama khususnya Bali," tegasnya.
Walau demikian, semua hanya sebatas ramalan.
Ia tetap berharap agar masyarakat tidak panik, dan tetap menjaga diri dengan baik.
Tetap berdoa dan tawakal.
Ia menjelaskan ilmu tenung yang digunakan adalah ilmu tenung kuno.
Ilmu tenung ini unik dan telah dipraktekkan untuk meramal sejak 1997-2019, bahkan di seluruh Indonesia.
"Saya pernah praktek meramal Sulawesi, Sumatera, Jakarta, Kalimantan dan lain sebagainya," tegasnya.
Primbon Hingga Garis Tangan, Jero Made Bayu Gendeng Kombinasi Ramalan Nusantara dan Sering Didatangi Pejabat
Saat ini di Bali tidak banyak orang Bali asli yang menekuni profesi sebagai peramal.
Salah satu peramal yang sudah dikenal masyarakat Bali bernama Jero Made Bayu Gendeng.
Jero Made Bayu Gendeng biasanya menggunakan teknik ramalan dengan mengkombinasikan ramalan nusantara.
Menjadi peramal sejak tahun 1999, ia mengaku sudah pernah keliling Indonesia untuk meramal, seperti Pulau Sulawesi, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Baca juga: Kerap Dianggap Tenget, Penyuluh Bahasa Bali Minta Masyarakat Jangan Takut pada Lontar
Baca juga: Sisi Religius Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Jembatani Doa Anak Rantau kepada Leluhur di Rumah
Kota-Kota yang pernah didatanginya antara lain Pare-Pare, Bone, Gorontalo, dan Samarinda.
"Sambil keliling Indonesia, saya juga memperdalam ilmu ramalan saya,” kata Bayu Gendeng saat ditemui di Denpasar, Jumat (15/11/2019).
Adapun teknik ramalan yang digunakannya diberi nama Nawa Bayu Sandhi Urip.
Teknik meramal tersebut menggunakan beberapa metode ramalan baik dari pawetonan, garis tangan, ketekang baas pipis, numerologi kuno, pawisik, kartu, aura, dan metode lainnya.
Selain metode ramalan tersebut, ia juga mempelajari beberapa teknik ramalan dari beberapa daerah di Indonesia, seperti ramalan dengan menggunakan media kopi yang berasal dari Kerinci Sumatera, ramalan dari Jawa yang disebut primbon, ramalan berdasarkan perbintangan, serta yang terkenal ramalan orang Gipsi yang menggunakan kartu tarot.
“Jadi saya kombinasikan ramalan-ramalan nusantara dan ramalan modern menjadi satu. Alasannya kalau kita mengambil satu media, bisa menjadi terlalu fanatik atau idealis dengan satu sudut ramalan tersebut,” terangnya.
Menurutnya, orang Bali sangat percaya dengan ramalan, misalnya ramalan sasih bisa untuk meramal cuaca dan ramalan lindu tentang linuh (gempa bumi).
Sehingga sebenarnya ramalan di Bali sudah lumrah dan membudaya.
Jero Made Bayu Gendeng mengaku pernah belajar meramal di AMPSA, Batam tahun 2004 dan meraih gelar master saat menjadi runner up II pada salah satu program acara sulap di RCTI.
Dulunya, dia merupakan anak kecil yang indigo, yang bisa melihat alam lain, dan sejak SMP sudah bermain Debus.
Klien yang mendatanginya biasanya minta diramal terkait karier, perjodohan, dan kehidupan.
Ia mengaku juga sering didatangi klien yang menjadi pejabat kelas satu atau pejabat penting, baik di Bali maupun luar Bali untuk diramal.
Namun Jero Made Bayu Gendeng enggan membuka identitas pejabat-pejabat dimaksud.
Untuk tarif meramal, dirinya hanya meminta kepada klien yang memang memiliki dana lebih.
Kalau klien itu memang susah dan memerlukan bantuan, menurutnya tidak wajar meminta membayar.
Dikatakannya, dalam kode etik paranormal menyebutkan dalam menangani klien harus melihat kondisi klien bersangkutan.
“Kalau klien kita mempunyai ekonomi baik, wajar kita memintanya. Tetapi kalau kondisi ekonominya di bawah rata-rata malah kita wajar untuk memberi,” tuturnya.
(*)