Citizen Jurnalism

Demam Berdarah Dengue di Tengah Pandemi Covid-19, Apa yang Harus Dilakukan?

Demam berdarah dengue (DBD) atau yang lebih sering disebut sebagai demam berdarah masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius

SHUTTERSTOCK
ILUSTRASI: Nyamuk Aedes Aegypti Penyebab DBD 

Oleh : Mellissa Cyintia William

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Demam berdarah dengue (DBD) atau yang lebih sering disebut sebagai demam berdarah masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia.

Penyakit yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti ini bisa menyerang anak-anak maupun orang dewasa.

Hingga Juni 2020, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mencatat 68 ribu kasus DBD dan angka kematian 346 di seluruh Indonesia.

Selain itu wilayah dengan banyak kasus DBD juga merupakan wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi.

Baca juga: Ops Yustisi Sasar Sumerta Klod Denpasar, 4 Orang Ditemukan Melanggar Prokes

Baca juga: Dermaga Tanah Ampo Karangasem Sementara Difungsikan untuk Kapal LCT

Baca juga: Meski Denpasar Masih Zona Merah Covid-19, Ada Orang Tua Siswa yang Ingin Anaknya Sekolah Tatap Muka

Apa sajakah yang dialami seseorang yang terkena DBD?

Demam tinggi (dapat mencapai 39°C), dapat disertai sakit kepala, sakit pada daerah belakang bola mata, meriang dan mengigil.

Selain itu beberapa penderita juga mengeluhkan bintik-bintik merah yang muncul terutama pada daerah lengan atau kaki, mimisan, gusi berdarah, pembesaran hati, muntah, nyeri pada perut, batuk, dan pilek.

Baca juga: 201 Stiker Ayo Pakai Masker Disebar Satlantas Jembrana di Kawasan Perung Mendoyo

Baca juga: Curhat Atin Rela Dipoligami Oleh Nurdin Rudythia Saat Nikahi Nita Thalia, Ungkap Alasan Bertahan

Baca juga: Tokoh KAMI Ahmad Yani Mengaku Hampir Ditangkap Namun Tidak Jadi, Ini Alasannya

Apa yang harus kita waspadai pada DBD?

Apabila dijumpai muntah yang persisten, nyeri perut, lemas, gelisah dan jumlah buang air kecil yang sedikit, kita perlu lebih waspada dan sebaiknya segera ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan yang lebih lanjut.

Untuk mencegah DBD, kita perlu membasmi nyamuk Aedes aegypti dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu 3M plus.

Baca juga: 4 Kali Turunkan Suku Bunga hingga Juli, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 4.00 Persen

Baca juga: Kisah Surya Beri Makan Anjing Liar di Pantai Mertasari Sejak 4 Tahun Lalu, Rela Rogoh Kocek Sendiri

Baca juga: Kritik PKS Terkait Setahun Pemerintahan Jokowi-Maruf Amin: Represif dan Royal Utang

Apa sajakah 3M itu?

Menguras. Dengan menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, vas bunga dan lain-lain setidaknya seminggu sekali diharapkan telur-telur nyamuk tidak berkembang menjadi nyamuk.

Menutup. Dengan menutup tempat penampungan air diharapkan nyamuk tidak dapat memanfaatkan tempat-tempat tersebut untuk bertelur

Baca juga: Anak-Anak Banjar Banda Berburu Sampah, Tukar dengan Sembako untuk Bantu Orangtua

Baca juga: Dirudapaksa Oleh Pria Pengangguran Dan Anak Pertamanya Dibunuh, Ibu Muda Ini Ternyata Sedang Hamil

Baca juga: Agung Mediastari, Tingkatkan Imun dengan Loloh di Masa Pandemi

Mendaur ulang barang bekas. Dengan mendaur ulang barang bekas terutama barang-barang yang dapat menyimpan air seperti botol, kaleng, dan lain-lain diharapkan tidak ada genangan air yang menjadi tempat bertelurnya nyamuk.

Selain itu dapat juga mengurangi jumlah sampah yang dapat didaur ulang.

Baca juga: Anggaran Kesehatan Gratis di Gianyar Naik Rp 3 Miliar Menjadi Rp 35 Miliar

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved