Malaria Hingga Radang Ginjal, Ini Tamba Tradisional Bali Non Kimia
I.B. Suatama, Dosen Prodi Ayurweda UNHI, menjelaskan bahwa warisan leluhur Bali selain sastra dan budaya, juga ada pengetahuan tentang obat-obatan
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Efek farmakologisnya, adalah terasa pahit, anti diabetis, anti diare,serta mengaktifkan kelenjar-kelenjar.
Bagian tanaman yang dapat digunakan adalah daun, biji, dan kulit batang.
“Penyakit yang dapat disembuhkan antara lain, kencing manis. Dengan cara daunnya direbus, dan diminum setengah gelas pagi serta sore,” katanya.
Lalu desentri, malaria, termasuk masuk angin.
Bahkan eksim juga bisa, dengan cara daunnya dipakai boreh, termasuk ketombean dengan cara daunnya dipakai guyuran.
Baca juga: 8 Destinasi Touring Wisata Favorit Ala YRFI Bali, Salah Satunya Asyik Untuk Motocamp
Baca juga: Lupa Matikan Api Kompor Saat Hidupkan Dupa, Dapur Nyoman Kariani Terbakar
Baca juga: Restorasi Terumbu Karang di Pantai Pandawa, Warga yang Bantu Pengerjaan Dapat Rp 110 Ribu Per Hari
Ada pula tumbuhan pepaya atau kates atau pisang patuka dengan nama latin Carica Papaya. Efek farmakologisnya, adalah rasa pahit terutama daun dan bijinya.
Untuk pepaya ini, bisa mengobati penyakit seperti malaria dengan cara daunnya diremas dan direbus lalu minum setengah gelas pagi dan malam.
Bisa pula untuk radang ginjal, atau batu ginjal termasuk radang kandung kemih.
Dengan cara akar pepaya dipotong-potong segenggam, minum air rebusannya.
Dicampur dengan madu satu sendok makan, lalu diminum setengah gelas teh, pagi, siang, dan malam.
Tumbuhan brotowali atau pepahit/kantawali dengan nama latin Tinospora Crispa, bersifat analgenik.
Menghilangkan rasa sakit, antiperetik untuk menurunkan panas dengan rasa yang sangat pahit. Batang dan daunnya umum dipakai bahan obat untuk menghilangkan kencing manis.
Dengan cara direbus dan meminum rebusan daun serta batangnya setengah gelas pagi dan sore.
Untuk rematik juga bagus, dengan cara merebus batangnya sejari dan diminum setengah gelas teh 3 kali sehari.
Pada penyakit kudis atau gatal seluruh tubuh, bisa digunakan untuk mandi dengan sejengkal rebusan batang brotowali pagi dan sore.