Ngaben Bikul di Badung

Upacara Ngaben Bikul di Badung Diperkirakan Habiskan Anggaran Rp 250 Juta Lebih

Ngaben Bikul atau tikus merupakan salah satu jenis upacara Nangluk Mrana. Upacara ngaben bikul telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Badung

Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
Prosesi pengabenan bikul yang dilakukan pemkab Badung di Pantai Seseh, Munggu, Mengwi, Kamis (19/11/2020) 

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Ngaben Bikul atau tikus merupakan salah satu jenis upacara Nangluk Mrana.

“Nangluk” berarti empangan, tanggul, pagar, atau penghalang dan “mrana” berarti hama atau bala penyakit. Mrana adalah istilah yang umum dipakai untuk menyebut jenis penyakit yang merusak tanaman.

Upacara ngaben bikul telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Badung pada Kamis (19/11/2020) di Pantai Seseh Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali.

Upacara ngaben ini bertujuan untuk mengusir hama tikus.

Baca juga: Gerakan Bali Kembali Akan Gelar Tes Swab Gratis untuk 100 Orang per Hari

Baca juga: Wapres Maruf Amin: Vaksinasi Covid-19 Tunggu Izin dari BPOM dan MUI

Baca juga: Fraksi Golkar DPRD Bali Minta Anggaran Sektor Pertanian Dinaikkan Minimal 5 Persen dari APBD

Di samping itu juga untuk mengembalikan roh tikus yang telah mati ke alamnya dan jika ditakdirkan terlahir kembali maka tidak lagi menjadi hama perusak sawah petani.

Pada prosesi pengabenen bikul kali ini diperkirakan menghabiskan anggaran sebesar Rp 250 juta.

Kendati demikian setelah dilaksanakan ngaben bikul, lahan pertanian diharapkan tidak lagi terganggu oleh serangan hama tikus tersebut.

Pantauan di lokasi, ngaben bikul langsung dihadiri Sekda Badung Wayan Adi Arnawa.

Baca juga: Pernyataan Anji Seusai Sidang JRX, Sebut Setiap Orang Bisa Terjerat

Baca juga: Fraksi Golkar DPRD Bali Minta Anggaran Sektor Pertanian Dinaikkan Minimal 5 Persen dari APBD

Baca juga: Mamah Dedeh Dirawat di Jakarta karena Positif Covid-19, Begini Cerita Pak RW di Pancoran Mas

Turut mendampingi kepala Badan Pendapatan dan Padesahaan Agung  I Made Sutama, Kepada Dinas Pertanian dan Pangan Wayan Wijana dan Kepala Dinas Kebudayaan Gede Eka Sudarwitha. 

Sekda Badung pada kesempatan itu ikut mengambil peran menjadi pengiber atau membawa burung Cendrawasih diatas bade.

Bade sendiri berfungsi sebagai tempat mengantar arwah tikus menuju alam yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik pula

Majelis Madya Subak kabupaten Badung, Made Suka  menjelaskan awal mula dilaksanakannya ngaben bikul berdasarkan paruman subak.

Sebab, 107 hektar dari total luas lahan pertanian di Badung sekitar 9.593 hektare diserang hama.

Baca juga: 18 Warga Terjaring Razia Masker, Pelanggar di Jembrana Capai 1.126

Baca juga: Dukung Jerinx, Anji Datangi PN Denpasar & Sebut Keinginannya Bagi-bagi Pangan di Twice Bar

"Krama subak menginginkan lahan pertanian membuahkan hasil, terutamanya tanaman padi. Sehingga jalur niskala kami laksanakan sebelum melakukan kegiatan ngerompyok atau menangkap tikus," ujarnya

Ngaben bikul sendiri sejatinya mengandung nilai kearifan lokal dan juga nilai filosofi yang berhubungan dengan aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved