Penanganan Covid

Pemprov Bali Keluarkan Kebijakan Rapid Test Antigen, Apa Bedanya dengan Rapid Test Antibodi?

rapid test antibodi dipakai untuk mengecek antibodi dan dasarnya memakai darah serta hasilnya berupa reaktif atau non-reaktif

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya ketika ditemui awak media, Selasa (1/12/2020). 

Sebab kalau orang membawa virus ke Bali tetapi tanpa gejala bisa saja menularkannya kepada orang lain.

Baca juga: Fadil Sausu Sebut Ada Hikmah Dibalik Penghentian Sementara Liga I, Ini yang Bisa Dilakukan

Baca juga: Presiden Jokowi Peringkat 12 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia, Berikut Ini Daftar Lengkapnya

Baca juga: Virgil van Dijk Bertahan di Liverpool, Mourinho Yakin Son Heung-min Pensiun di Hotspur

Padahal Bali sendiri terus berupaya dan sudah memiliki rencana untuk membuka pariwisata.

"Ini bukan (teknologi) baru, sudah lama sih sebenarnya. Antigen ini kan sudah ada lama. (Diterapkan baru sekarang) karena ketersediaan sarananya baru (ada saat ini)," jelas Suarjaya.

Mengenai masalah harga, Suarjaya menegaskan bahwa rapid test antigen lebih mahal dibandingkan dengan rapid test antibodi.

Keberadaan satu unit rapid test antigen di pasaran berkisar antara Rp 380 ribu sampai 460 ribu.

"Lebih mahal. Jauh lebih mahal ini (rapid test antigen). Rp 360 sampai 460 ribu per unit. Harganya mahal dia. Tapi akurasinya jauh lebih akurat daripada rapid antibodi," kata dia.

Saat ditanya apakah harga rapid test antigen yang mahal ini tidak memberatkan PPDN khususnya wisatawan yang datang ke Bali, Suarjaya menjawab bahwa sudah ada arahan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI, Luhut Binsar Panjaitan.

Luhut meminta agar wisatawan yang memang tidak mampu membayar rapid test antigen agar tidak melakukan bepergian.

"Jadi kan kita ingin orang yang bepergian itu benar-benar orang yang sehat. Kalau memang tidak ingin bepergian ya endak usah pergi. Benar-benar memang yang sehat dan mau diperiksa dia sehat atau tidak," tegas Suarjaya.

Setelah adanya kebijakan rapid test antigen ini dilakukan, Suarjaya menuturkan bahwa penggunaan rapid test antibodi tetap dilakukan.

Hanya saja penggunaan rapid test antibodi ini dilakukan sampai stoknya sudah habis dan dipakai untuk melakukan screening di berbagai tempat umum yang ada banyak kasus.

"Misalnya ada banyak kasus sehingga kita ingin tahu lebih cepat apakah ada transmisi yang lebih luas, itu (masih) boleh pakai rapid antibodi. Tapi ini akan dipakai sampai stoknya sudah habis. Habis itu endak pakai (rapid test antibodi) lagi. Nanti ke depan akan pakai rapid test antigen saja," terangnya.

Suarjaya memperkirakan, stok rapid test antibodi yang ada di Bali saat ini kira-kira masih berada di angka 5 ribuan.

"Sekarang kita lebih upayakan untuk menggunakan rapid test antigen," tuturnya. (*)

Catatan Redaksi:

Mari cegah dan perangi persebaran Covid-19. Tribun Bali mengajak seluruh Tribuners untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.

Ingat Pesan Ibu: Wajib Memakai Masker, Wajib Mencuci Tangan, dan Wajib Menjaga jarak

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved