Wiki Bali

WIKI BALI - Pura Agung Jagatnatha Denpasar

Pura Agung Jagatnatha dibangun sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).

Penulis: Noviana Windri | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Putu Supartika
Suasana persembahyangan di Pura Agung Jagatnatha beberapa waktu lalu. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pura Agung Jagatnatha adalah pura terbesar yang letaknya di sentral Kota Denpasar.

Pura Agung Jagatnatha dibangun dengan posisi menghadap ke barat ke arah Gunung Agung.

Dipercaya bahwa Gunung Agung adalah istananya para dewa.

Pura Agung Jagatnatha dibangun sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).

Baca juga: Purnama Kalima Pujawali di Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Umat Diimbau Ngayat dari Rumah

Kata 'natha" dalam bahasa Sansekerta berarti 'raja', selain itu juga berarti 'pertolongan' atau 'perlindungan'.

Bukan hanya sebagai tempat peribadatan, Pura Agung Jagatnatha juga dikunjungi wisatawan.

Baik untuk datang beribadah maupun hanya menikmati keindahan pura.

Pura agung ini juga terbuka 24 jam bagi siapa saja yang datang untuk melakukan ibadah.

Jika melakukan kunjungan ke Pura Agung Jagatnatha, kamu harus memberikan dana punia seikhlasnya ya Tribunners.

POSISI

Pura Agung Jagatnatha berada di Jalan Surapati, Dangin Puri, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar.

Sebelah utara Pura Agung Jagatnatha berbatasan dengan Jalan Surapati, Gedung Merdeka, Gereja GPIB Maranatha, dan kompleks pertokoan serta pemukiman warga.

Sebelah selatan Pura Agung Jagatnatha berbatasan dengan Museum Bali dan pemukiman warga.

Sebelah barat Pura Agung Jagatnatha berbatasan dengan Lapangan Puputan Badung, 0 Km Denpasar.

Sebelah timur Pura Agung Jagatnatha berbatasan dengan kompleks pertokoan, SMP 1 Denpasar, dan pemukiman warga.

Baca juga: Sisi Religius Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Jembatani Doa Anak Rantau kepada Leluhur di Rumah

SEJARAH

Dikutip dari berbagai sumber menjelaskan bahwa pembangunan Pura Agung Jagatnatha melalui beberapa proses.

Diawali dari banyaknya pendatang beragama Hindu yang datang ke Kota Denpasar dan tidak dapat menemukan tempat ibadah.

Kemudian diadakan pesamuhan Parisada Hindu Dharma pada 20 November 1961.

Pada pesamuhan ini disetujui dan direalisasikan untuk pembangunan sebuah pura.

Pembangunan pura ini tak terlepas dari prakarsa almarhum Kapten TNI I Gusti Ngurah Pindha, B.A (sewaktu bertugas di Kodam XVI/Udayana) bersama-sama dengan Kepala Jawatan Rohani Hindu Daerah Militer (Kerohindam) XVI/Udayana Letnan TNI (Tituler) Ida Pedanda Gede Wayan Sidemen (aim) dan Letnan TNI I Wayan Merta Suteja — yang sama-sama dari Kodam XVI/Udayana.

Pada 16 Januari 1963, dibentuklah panitia pembangunan pura dan upacara pelantikan dilangsungkan pada hari itu juga.

Yang dipercaya sebagai ketua yakni Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.

Ia dibantu oleh beberapa orang ketua, sekrelaris, bendahara serta dilengkapi dengan seksi-seksi.

Sebulan kemudian tepatnya, 5 Februari 1963, panitia menggelar rapat dan akhirnya Gubernur Bali yang menjabat kala itu Anak Agung Bagus Sutedja, menyetujui dibangunnya pura tersebut.

Lalu kemudian nama Pura Agung Jagatnatha diberikan secara resmi.

Pada 28 Juli 1967, dasar bangunan Padmasana berupa Bedawang Nala dirampungkan.

Baca juga: Mengenal Sisi Lain Pura Agung Jagatnatha, untuk Menjembatani Aspek Religius Anak Rantau di Denpasar

Pada 15 Oktober 1967 pembangunan Padmasana sudah sampai pada bagian madya atau tengah.

Dan seluruh bangunan padmasana berhasil dirampungkan pada 13 Desember 1968.

Sementara itu, candi bentar sudah pula rampung pada 5 Februari 1968.

Selanjutnya, pada 13 Mei 1968, tepatnya di bulan Purnama Jyestha, digelarlah upacara pemelaspas alit untuk dapat dilangsungkan Piodalan Alit yang pertama kalinya.

Akhirnya, Januari 1970 pembangunan candi bentar dan seluruh tembok di sekeliling pura dapat diselesaikan.

Pada Purnama Jyestha, 21 Mei 1970, dilangsungkanlah upacara Piodalan Alit yang kedua kalinya.

Dari 17 Agustus 1970 sampai November 1970 dapat dirampungkan antara lain kori agung dua (2) buah, bale pelik sari atau hale pengaruman dan sebuah bale kulkul.

PERATURAN KUNJUNGAN

Berikut peraturan bagi pengunjung yang memasuki Pura Agung Jagatnatha Denpasar.

1. Berpakaian rapi dan sopan

2. Menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan

3. Mengenakan kelengkapan pakaian adat yang disediakan

4. Meminta izin kepada pengempon/pemangku pura

5. Bagi wanita uang sedang haid, dilarang memasuki area pura

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved